Kisah Ummah, Ibu Dua Bersaudara Pemicu Bentrokan Sampang

Kisah Ummah, Ibu Dua Bersaudara Pemicu Bentrokan Sampang
Ummah, ibunda Tajul dan Rois, di lokasi pengungsian Lapangan Indoor Sampang kemarin. Foto: FERI FERDIANSYAH/Jawa Pos Radar Madura
"Adik-adik saya yang Sunni takut menjenguk kami di sini. Mereka khawatir dianggap Syiah. Padahal, sebelumnya mereka biasa saja. Kini mereka terpaksa menjaga jarak dengan kami," paparnya.

Lain halnya dengan adik perempuannya yang bernama Budur. Meski pengikut Syiah, dia menikah dengan warga Sunni dari Proppo, Pamekasan. Di sana Budur hidup tenang dan dianugerahi lima anak.

Iklil menceritakan, dirinya termasuk anggota keluarga yang kenyang mengalami pahit-getir perseteruan di Karang Gayam. Pada bentrok Desember 2011, misalnya, dia harus terusir dari desanya. Dia terpaksa hidup berpindah-pindah di Malang bersama istri dan anak bungsunya, sebelum akhirnya pindah ke Sidoarjo. Tiga anaknya yang lain dititipkan tetangga di Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang.

"Kalau saya tidak bekerja, bagaimana anak istri saya mau makan. Karena itu, saya lalu pindah ke Sidoarjo untuk mencari nafkah," tutur Iklil.

BENTROKAN warga di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu lalu (26/8), ternyata berawal dari masalah keluarga. Bukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News