Kisah Ummah, Ibu Dua Bersaudara Pemicu Bentrokan Sampang
Kamis, 30 Agustus 2012 – 10:46 WIB
"Adik-adik saya yang Sunni takut menjenguk kami di sini. Mereka khawatir dianggap Syiah. Padahal, sebelumnya mereka biasa saja. Kini mereka terpaksa menjaga jarak dengan kami," paparnya.
Lain halnya dengan adik perempuannya yang bernama Budur. Meski pengikut Syiah, dia menikah dengan warga Sunni dari Proppo, Pamekasan. Di sana Budur hidup tenang dan dianugerahi lima anak.
Iklil menceritakan, dirinya termasuk anggota keluarga yang kenyang mengalami pahit-getir perseteruan di Karang Gayam. Pada bentrok Desember 2011, misalnya, dia harus terusir dari desanya. Dia terpaksa hidup berpindah-pindah di Malang bersama istri dan anak bungsunya, sebelum akhirnya pindah ke Sidoarjo. Tiga anaknya yang lain dititipkan tetangga di Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang.
"Kalau saya tidak bekerja, bagaimana anak istri saya mau makan. Karena itu, saya lalu pindah ke Sidoarjo untuk mencari nafkah," tutur Iklil.
BENTROKAN warga di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu lalu (26/8), ternyata berawal dari masalah keluarga. Bukan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408