Kisah Yaimun, Mengabdi Jadi Kepala Desa di Kampung Idiot
Pernah Kesal dengan Dokter yang hanya Beri Ceramah
Selasa, 08 Maret 2011 – 08:08 WIB

Yaimun, Kepala Desa Pandak, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.
Dengan motor itu lah, Yaimun secara berkala mengunjungi warganya. Secara keseluruhan, medan di Desa Pandak sangat tidak ramah untuk dilalui kendaraan bermotor. Warga di sana, lebih suka berjalan kaki untuk bepergian. Maklum, jalan desa yang memiliki luas 10,185 ha itu masih berupa tanah dengan medan tanjakan dan turunan ekstrim. "Dengan motor saya ini, saya bisa sampai ke pucuk-pucuk gunung," kata Yaimun membanggakan motor kesayangannya itu.
Kondisi Desa Pandak memang memprihatinkan. Lebih dari 90 persen wilayahnya berupa tanah liat. Rumah-rumah penduduk di sana, hampir semuanya tak ada yang berdinding tembok. Kebanyakan berdinding kayu atau gedek (anyaman bambu). Alas rumah pun dibiarkan seadanya, berupa tanah, tanpa ada ubin, apalagi keramik.
Menjadi kepala desa yang wilayahnya banyak dihuni warga idiot (down syndrome) atau alami keterbelakangan mental, menjadi tantangan tersendiri bagi Yaimun. "Yang bisa saya lakukan, hanya mengunjungi mereka, sambil mengusahakan bantuan untuk mereka," kata pria lulusan STM ini. Dari data yang ada, jumlah warga idiot di Desa Pandak 53 orang. Mereka terdiri dari usia balita hingga 35 tahun.
Siang itu (3/3), Jawa Pos diajak mengunjungi beberapa warga Yaimun yang mengidap keterbelakangan mental dengan mengendarai motornya. Tempat pertama yang didatangi adalah keluarga pasangan Misman (30) dan Jarmiatin (27). Pasangan suami-isteri ini sungguh kasihan. Selain miskin, anak mereka satu-satunya, Sahrul Rosikin (7) tumbuh tidak normal. "Kadang, dia suka kejang dan tubuhnya membiru seperti pasien jantung bocor," kata Yaimun.
Jika di desa lain, menjadi kepala desa (kades) adalah jabatan menggiurkan hingga sampai diperebutkan, mungkin itu tidak berlaku di Desa Pandak, Kecamatan
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara