Kisah Yaimun, Mengabdi Jadi Kepala Desa di Kampung Idiot
Pernah Kesal dengan Dokter yang hanya Beri Ceramah
Selasa, 08 Maret 2011 – 08:08 WIB
Gara-gara kepahitan hidup itulah, Jarmiatin mengaku trauma kalau ingin punya anak lagi. Dia masih takut mengandung dalam kondisi miskin meski dia sadar harus punya anak lagi untuk melanjutkan keturunan. "Kami takut, kalau punya anak lagi, nanti cacat," ujarnya.
Setelah dari rumah Jarmiatin, Jawa Pos lantas diajak ke rumah Janem. Perempuan 70 tahun itu tinggal dengan dua anaknya yang sama-sama idiot. Mereka adalah Bandi (43) dan Jemari (40). Saat Jawa Pos bertamu ke rumah Janem, Bandi dan Jemari sedang duduk-duduk santai di dapur. Keduanya selalu tertawa. Kadang, Bandi dan Jemari bergantian mengejar ayam, sambil terus tertawa. "Ya seperti itu mereka setiap hari," kata Janem.
Menurut Yaimun, keluarga Janem adalah salah satu keluarga yang dia pantau hampir setiap hari. "Saya selalu mengecek persediaan makanannya. Kalau mau habis, saya carikan bantuan," ujar Yaimun yang asli warga Desa Pandak ini.
Seperti itu lah aktivitas Yaimun selama menjabat Kades. Ketika ditanya, apa yang membuatnya tertarik menjadi Kades, dia tak langsung menjawab. Tak lama berselang, dia menjawab, "Sejak saya kecil sampai sekarang, kondisi di desa ini tak banyak berubah. Ini lah yang membuat saya tertantang untuk maju menjadi Kades. Saya ingin membangun desa ini," katanya bersemangat.
Jika di desa lain, menjadi kepala desa (kades) adalah jabatan menggiurkan hingga sampai diperebutkan, mungkin itu tidak berlaku di Desa Pandak, Kecamatan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408