Kisah Yunita, Anak Nelayan Kuliah di Inggris
Bakal segera menyandang gelar sarjana jebolan universitas terkemuka di dunia, tak membuat dara kelahiran Desa Linau 10 Juni 1994 ini, menjadi sosok yang besar kepala.
Dia juga tak lupa akan bahasa dan budaya Kaur, negeri yang membesarkannya.
Agustus tahun 2013 setelah dinyatakan lulus BJB, Yunita berangkat ke Inggris.
Beberapa bulan dirinya mulai melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sambil ikut kursus bahasa Inggris.
Pada Januari 2014 dirinya ikut International Foundation, karena di Inggris semua perguruan tinggi hanya menerima siswa yang telah lulus International Foundation.
Baru bulan September 2014, Yunita berhasil masuk ke Newcastle University dan memilih jurusan Food and Human Nutrition (Pangan dan Gizi). Saat ini Yunita sudah duduk di semester lima akhir.
“Alhamdulilah saya bisa masuk ke Newcastle University. Di Newcastle University, biaya kuliahnya sekitar Rp 360 juta per tahunnya. Sementara saya mendapat Rp 500 juta per tahun dari APBD Kaur, sisa bayar kuliah adalah biaya hidup dan itu cukup buat saya apa lagi saya masak sendiri. Kalau semua harus beli pasti tidak akan cukup,” kata Yunita kemarin.
Selama empat tahun Yunita tidak pernah kembali ke Kaur, mengingat biaya untuk pulang kampong cukup besar.
YUNITA Purnama Sari, orangtuanya hanya nelayan, dengan ekonomi pas-pasan. Tanpa disangka, tamat SMA Yunita meraih beasiswa dari Pemda Kaur, Bengkulu,
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408