'Kita Minta Pak Yuzril Saja Gugat UU yang Merugikan Honorer'
jpnn.com - JAKARTA--Keluh kesah tenaga honorer K2 ditumpahkan saat berunjukrasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu, (26/2). Subandi (50) ,guru honorer asal Yogyakarta termasuk salah satu yang menumpahkan segala kekecewaannya pada pemerintah pusat. Termasuk pada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pria yang sudah 28 tahun menjadi guru honorer ini kesal dan kecewa karena nasib honorer tak pernah benar-benar diperhatikan pemerintah.
"Presiden, Panjenengan punya hati nurani kan? Tulung hati nuranimu, buka'en, lihat ini guru honorer yang sudah puluhan tahun mencerdaskan anak bangsa, mbok dipakai hati nurani dan telinganya untuk dengarkan kami," kata Subandi menggunakan pengeras suara. Tangannya beberapa kali menunjuk ke arah Istana Negara.
"Semoga aja Bapak Presiden yang di dalam sana denger suara kami. Kedengaran enggak pak?" seru Subandi seperti tengah bercanda dengan Presiden yang saat itu juga dengan dalam kegiatan kenegaraan dengan Raja Yordania.
Subandi mengaku saat ini guru-guru honorer di Yogyakarta harus bersabar diri dengan gaji yang kecil untuk bertahan hidup. Gaji guru honorer berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu.
Untuk menambah penghasilan, ujarnya, mereka berjualan kain atau mencari pekerjaan lainnya.
"Pak Presiden bermandikan uang, kami guru honorer hanya bermandikan spidol dan kapur. Ini negeri bapak korupsinya, sementara gaji honorer hanya 50 ribu," sambung Subandi.
Subandi mengungkapkan, 8 tahun lagi ia pensiun. Waktunya mungkin takkan cukup jika ingin mengejar kedudukan sebagai guru PNS. Namun, ia masih berharap ada peluang itu dari pemerintah.
JAKARTA--Keluh kesah tenaga honorer K2 ditumpahkan saat berunjukrasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu, (26/2). Subandi (50) ,guru honorer
- Nilai IKIP Kaltim Meningkat, Masuk Tiga Besar Nasional
- Yorrys Raweyai: DPD Akan Mengawal Proses Pembangunan PIK 2 Tangerang
- BPMK Lanny Jaya Diduga Potong Dana Rp 100 juta dari 354 Kampung
- Kipin Meraih Penghargaan Utama di Temasek Foundation Education Challenge
- Sri Mulyani: Setiap Guru adalah Pahlawan yang Berkontribusi Besar bagi Kemajuan Indonesia
- Kerugian Negara Hanya Bisa Diperiksa BPK, Ahli: Menjerat Swasta di Kasus PT Timah Terlalu Dipaksakan