Klaim Demokrasi Terancam, Puluhan Ribu Warga Spanyol Berdemonstrasi di Akhir Pekan
jpnn.com, MADRID - Puluhan ribu warga Spanyol mengorbankan libur akhir pekan mereka untuk ikut demonstrasi anti-pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez di Madrid, Sabtu (21/1).
Pihak berwenang mengatakan sekitar 31.000 orang berunjuk rasa pada hari itu, sementara penyelenggara protes memperkirakan jumlah peserta jauh lebih banyak, yaitu 500.000 orang.
Santiago Abascal dari partai sayap kanan Vox menjadi satu-satunya pemimpin politik nasional yang berpartisipasi dalam protes tersebut, meski ada pula beberapa politisi lain dari Partai Populer dan Ciudadanos yang ikut serta.
Abascal mengatakan dirinya terdorong untuk bergabung dalam unjuk rasa karena pemerintah Spanyol saat ini “terburuk dalam sejarah”.
Dia juga menyerukan “mobilisasi besar-besaran dan terus menerus sampai Pedro Sanchez turun dari pemerintahan.”
Dalam protes tersebut, para pengunjuk rasa berteriak agar PM Sanchez mundur dan dipenjara.
Dalam pernyataan terbuka, penyelenggara protes mengatakan bahwa demokrasi Spanyol berada dalam bahaya.
Mereka memperingatkan bahwa pemerintah Spanyol sedang “membuat perjanjian tersembunyi" dengan tokoh-tokoh populis totaliter, nasionalis, separatis, dan teroris untuk mengikis demokrasi Spanyol secara diam-diam.
Saking muaknya dengan pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez, puluhan ribu warga Spanyol berdemonstrasi saat libur akhir pekan
- Kewenangan Dewan Pertahanan Nasional Dianggap Berbahaya Bagi Demokrasi dan HAM
- MPR RI Berperan Penting jaga Stabilitas Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi Digital Tunjuk Titi Anggraini, Meidy Fitranto, dan Emmy Samira Jadi Advisor
- Pilkada Kampar 2024: Yuyun-Edwin Menggugat ke MK
- PDIP Akan Terus Persoalkan Upaya Pembunuhan Demokrasi
- Mantap, Bawaslu Raih Predikat Istimewa pada Indeks Reformasi Hukum 2024