Klimaks Kedua
Oleh: Dahlan Iskan
"Sejak umur berapa makan durian?" tanya saya.
"Saya dilahirkan di bawah pohon durian," jawabnya.
Dia berhasil menyembunyikan logat Melayunya –pertanda sering keliling Indonesia.
Aziszak lulusan Universiti Malaysia –yang aslinya adalah perguruan tinggi pertanian mirip IPB Bogor. Ibunya Tionghoa, ayahnya Melayu.
"Kalau tidak ada darah Tionghoa mungkin saya tidak suka durian," celetuknya.
Kata Aziz: di kampungnya dulu hanya orang Tionghoa yang suka Musangking. Waktu ia kecil namanya belum Musangking. Masih disebut Durian Kunyik. Mungkin karena warna dagingnya yang kuning seperti kunyit.
"Kami orang Melayu tidak suka durian yang rasanya pahit," ujar Aziz mengenang masa kecilnya. Lama-lama orang Melayu pun suka Musangking.
"Setelah suka mulailah orang Melayu tidak mampu membeli musangking," tambahnya dengan nada pahit.