Klub-klub Liga-2 Merasa jadi Anak Buangan
Padahal, sudah sebulan terakhir mereka sudah melakukan persiapan tim. "Namun, kami juga butuh kepastian kompetisi. Karena, kalau belum pasti, maka pelatih juga akan sulit menentukan peak performance pemain," ujar Fahmi.
Pria yang juga anggota DPRD Kabupaten Tuban itu lantas menjelaskan bahwa mereka sudah berusaha membangun komunikasi dengan dengan Sekjen PSSI Ade Wellington terkait kepastian kompetisi musim baru nanti.
"Tapi, setiap kali komunikasi, jawaban yang kami terima adalah nanti dulu, nanti dulu," papar Fahmi.
Komentar tidak kalah keras bahkan diungkapkan oleh pelatih Martapura FC, Frans Sinatra Huwae yang menyebutkan bahwa ada diskriminasi sistematis yang sedang dipertontonkan oleh PSSI dalam membangun sepak bola tanah air.
"Kami tim-tim yang di Liga - 2 bukan lagi seperti anak tiri, tapi anak buangan yang tidak diperhatikan oleh induknya," kata Frans.
Alasan Frans tersebut berkaitan dengan PSSI yang hanya memfasilitasi turnamen pra musim kepada tim-tim Liga - 1 (Indonesia Super League) lewat Piala Presiden.
Sementara untuk tim - tim Liga-2 belum ada pergerakan apa-apa. "Jadi, kami ini sebenarnya dianggap atau nggak sih oleh federasi," tegasnya.
Secara terpisah, Sekjen Ade Wellington mengungkapkan bahwa, mereka sudah mengetahui keresahan klub tersebut.
Klub-klub Liga - 2 atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Divisi Utama, kini mulai resah.
- Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Gagal Penuhi Target, PSSI Evaluasi Shin Tae Yong?
- Tanpa Pemain Diaspora PSSI, Shin Tae Yong Hanya Pelatih Biasa
- Ternyata Ini Target PSSI untuk Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
- Kementerian PU Dorong Pengelolaan Stadion Berstandar Tinggi
- Pesan Tegas Erick Thohir untuk Shin Tae Yong: Jangan Banyak Mengeluh, Fokus di Program
- Liga 2: PSIM Jogja Usung Misi Besar Hadapi Persipa Pati