Koalisi atau Konspirasi?
Rabu, 09 Maret 2011 – 06:34 WIB
Ada yang bilang, tentara (TNI) kan hanya diajari bagaimana menggunakan senjata. Tidak dilatih untuk memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lihat saja Pak Harto…
Baca Juga:
Jenderal Besar Soeharto kala presiden memang dikenal sering berdialek dan menyelipkan kata bahasa Jawa dalam pidato-pidatonya: Ojo dumeh, Nggegeh mongso, Tak gebug. Akhiran “kan” selalu berubah bunyi menjadi “ken”. Ini kemudian menjadi ciri Pak Harto.
Tapi jangan salah, meskipun “belepotan” cengkok Jawa dalam pidato-pidatonya, Pak Harto dikenal sangat menghormati bahasa Indonesia. Dengan siapa saja, di mana saja, kalau masih dalam urusan protokoler kenegaraan, beliau selalu berbahasa Indonesia. “Itu karena Pak Harto nggak bisa bahasa Inggris,” komentar orang yang sinis.
Pada zaman Pak Harto berkuasa, hampir di seluruh wilayah Nusantara diharamkan menggunakan istilah asing. Makanya, hotel Grand Melia berubah nama jadi “Gren” Melia. Toko-toko roti yang memakai kata “bakery” harus diganti jadi “bakeri”. ATM yang aslinya automated teller machine menyulap diri jadi Anjungan Tunai Mandiri.