Koalisi Parpol karena Ideologi? Gombal!

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari UIN Syafri Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi mengatakan sistem pemerintahan yang berlaku sangat berpengaruh terhadap pemberantasan korupsi. Menurutnya, merujuk pada peringkat tentang negara yang pemerintahannya bersih dari korupsi, ternyata peringkat pertamm hingga 9 ditempati oleh negara-negara dengan sistem parlementer.
"Sedangkan negara-negara dengan sistem pemerintahan presidensil berada pada urutan dua digit," kata Burhanuddin di gedung Nusantara IV, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (5/5).
Dipaparkannya, koalisi dalam sistem presidensial tidak ada yang bersifat permanen. Sebab, semua pasti berurusan dengan transaksi. "Apalagi disebut-sebut sebuah koalisi dalam pemerintahan presidensil terbentuk atas dasar ideologi partai politik. Itu gombal," tegasnya.
Beda halnya koalisi dalam sistem pemerintahan parlementer. Burhanuddin mencontohkan Swedia, sebuah negara yang mengikat sistem koalisi antar-partai dengan undang-undang.
"Hebatnya kalau ada satu saja di antara peserta koalisi yang melanggar undang-undang koalisi, maka pemerintahan langsung jatuh. Di Indonesia, meski kalah dalam pilpres, masih bisa masuk ke pemerintahan. Bahkan ada lagi istilah koalisi tapi tetap kritis," pungkasnya.(fas/jpnn)
JAKARTA - Pengamat politik dari UIN Syafri Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi mengatakan sistem pemerintahan yang berlaku sangat berpengaruh
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- BAZNAS dan Ulama Palestina Perkuat Kerja Sama untuk Palestina
- InJourney Hadirkan Tarian Nusantara di TMII, Diikuti 500 Anak Dari Sabang Sampai Merauke
- Minta Eksepsi Aipda Robig Zaenudin Ditolak, JPU Tegaskan Dakwaan Sudah Sah dan Cermat
- KPK Periksa Komisaris PT Inti Alasindo Energy Terkait Kasus Korupsi PGN
- Eks Staf Ahli Pertanyakan Proses Laporan Dugaan Suap Pimpinan DPD RI ke KPK
- Prajurit TNI AL Sigap Mengevakuasi Warga Terdampak Banjir di Pesawaran Lampung