Koalisi Parpol Terubuk dan Puyu-Puyu
Sabtu, 21 Maret 2009 – 06:08 WIB
IKAN di laut asam di gunung berkoalisi di dalam kuali. Api pun bisa berkoalisi dengan air. Api di tungku bisa dipakai untuk memasak air sehingga terhidanglah kopi hangat yang sedap dihirup ketika berdiskusi tentang koalisi partai politik menjelang Pemilu dan Pemilihan Presiden 2009. Diceritakan dalam bahasa Melayu (lama), Pangeran Ikan Terubuk hidup di Selat Melaka, tapi saya nukilkan lagi dalam bahasa kita di zaman ini. Pangeran rupanya sangat mendambakan dapat menyunting Puteri Puyu-puyu yang bertahta di sebuah kolam dekat Tanjung Pandan. Ia ajak para menterinya menyusun strategi, dan jika gagal, putus tekad ia memencilkan diri ke Srilanka.
Amsal-amsal barusan merupakan kearifan lokal yang up to date di masa kontemporer ini. Salah satunya, adalah “Syair Ikan Terubuk dan Puyu-puyu” dari Riau, tanah Melayu yang bijak bestari itu. Tergantung, bagaimana menafsirkannya dan dari angle mana memandang.
Baca Juga:
Tatkala membaca sebuah esei tentang “Syair Ikan Terubuk dan Puyu-puyu” goresan pena Gijs Koster, seorang dosen UI Jakarta, saya membayangkan sang Terubuk yang rindu dendam. Saya menemukannya dalam sebuah kumpulan esei bertajuk “Kandil Akal Budi Pelantar Budi” dan ditulis berbagai pengamat asing dan Indonesia (470 halaman, Yayasan Kata dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara Riau, 2001).
Baca Juga: