Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana

Kembali Cantik meski Rugi Rp 900 Triliun

Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Seorang staf relawan siap menjelaskan dokumentasi foto Gempa Kobe di Museum DRI. Foto : Sofyan Hendra/Jawa Pos

Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter tersebut melenyapkan nyawa 6.434 orang. Sebanyak 43.792 orang luka-luka. Gempa yang pusatnya hanya 16 kilometer dari permukaan bumi itu juga meluluhlantakkan 249.180 gedung. Kerugiannya USD 100 miliar (sekitar Rp 900 triliun). Wow!

 

Warga memang telah mengubur dalam-dalam kepedihan dan tragedi yang selalu membikin pilu tersebut. Namun, Itu tidak berarti tidak ada kenangan tentang gempa yang lebih sering dijuluki The Great Hanshin-Awaji Earthquake itu. Tujuh tahun sejak gempa yang terjadi pada 17 Januari 1995 itu, tepatnya pada April 2002, Pemerintah Prefektur (Provinsi) Hyogo dan Pemerintah Jepang mendirikan Disaster Reduction and Human Renovation Centre (DRI).

Hingga kini, pusat penelitian dan pelatihan pengurangan risiko bencana tersebut menjadi yang terbesar di dunia. Masyarakat umum juga bisa mengunjungi DRI yang juga lebih dikenal dengan museum gempa itu. "Kami ingin membagi pengalaman mengenai bencana  serta memetik pelajaran untuk masa depan yang lebih baik," kata Vice Executive Director DRI Takuya Hashimoto.

 

Konsep DRI di Kobe itulah yang kini ditiru Indonesia dalam Museum Tsunami Aceh. Pemerintah Indonesia berambisi mengemas Museum Tsunami Aceh sebaik museum DRI di Kobe. Apalagi gempa dan tsunami Samudera Hindia yang melalap Aceh pada 2004 jauh lebih dahsyat daripada gempa Kobe 1995.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News