Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Kembali Cantik meski Rugi Rp 900 Triliun
Jumat, 19 November 2010 – 08:08 WIB
Setelah menyaksikan film, pengunjung bisa melihat-lihat dokumentasi foto pascabencana. Selain foto, juga ada testimoni dari para korban, yang disimpan dalam komputer yang bisa diakses bebas pengunjung. Ada ratusan testimoni dari korban. Selain kesaksian tertulis, juga ada testimoni dalam bentuk video. Keseluruhannya bercerita tentang pengalaman para korban serta bagaimana bisa bangkit kembali untuk memulai hidup dengan normal.
Museum DRI memiliki 170 staf relawan. Sekitar 45 orang di antara mereka mengalami langsung The Great Hanshin-Awaji Earthquake itu. Sebanyak 50 orang di antara mereka merupakan interpreter bahasa Inggris, Tiongkok, Korea, dan Spanyol. Museum gempa Kobe didatangi tidak kurang dari 500 ribu pengunjung setiap tahun. Sebanyak 25 ribu orang di antara mereka berasal dari luar Jepang.
Pembangunan DRI menelan dana USD 50 miliar dan biaya tahunan hingga USD 9 miliar. Pemerintah Jepang tidak tanggung-tanggung dalam menopang riset itu. Hampir separo biaya disubsidi oleh pemerintah pusat.
Meski menjadi daya tarik utama DRI, museum gempa hanyalah salah satu di antara enam fungsi dari DRI. Hashimoto mengatakan, selain memamerkan museum, DRI juga mengoleksi dan memelihara semua dokumen terkait gempa Kobe. DRI mengoleksi 171.437 dokumentasi, baik berupa cerita, video, dan foto terkait gempa 1995. Sebanyak 830 dokumentasi dipamerkan di museum. "Kebanyakan dokumentasi disumbangkan oleh korban gempa," kata Hashimoto.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408