Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana

Kembali Cantik meski Rugi Rp 900 Triliun

Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Seorang staf relawan siap menjelaskan dokumentasi foto Gempa Kobe di Museum DRI. Foto : Sofyan Hendra/Jawa Pos
 

Setelah menyaksikan film,  pengunjung bisa melihat-lihat dokumentasi foto pascabencana. Selain foto, juga ada testimoni dari para korban, yang disimpan dalam komputer yang bisa diakses bebas pengunjung. Ada ratusan testimoni dari korban. Selain kesaksian tertulis, juga ada testimoni dalam bentuk video. Keseluruhannya bercerita tentang pengalaman para korban serta bagaimana bisa bangkit kembali untuk memulai hidup dengan normal.

 

Museum DRI memiliki 170 staf relawan. Sekitar 45 orang di antara mereka mengalami langsung The Great Hanshin-Awaji Earthquake itu. Sebanyak 50 orang di antara mereka  merupakan interpreter bahasa Inggris, Tiongkok, Korea, dan Spanyol. Museum gempa Kobe didatangi tidak kurang dari 500 ribu pengunjung setiap tahun. Sebanyak 25 ribu orang di antara mereka berasal dari luar Jepang.

 

Pembangunan DRI menelan dana USD 50 miliar dan biaya tahunan hingga USD 9 miliar. Pemerintah Jepang tidak tanggung-tanggung dalam menopang riset itu. Hampir separo biaya disubsidi oleh pemerintah pusat.

 

Meski menjadi daya tarik utama DRI, museum gempa hanyalah salah satu di antara enam fungsi dari DRI. Hashimoto mengatakan, selain memamerkan museum, DRI juga mengoleksi dan memelihara semua dokumen terkait gempa Kobe. DRI mengoleksi 171.437 dokumentasi, baik berupa cerita, video, dan foto terkait gempa 1995. Sebanyak 830 dokumentasi dipamerkan di museum. "Kebanyakan dokumentasi disumbangkan oleh korban gempa," kata Hashimoto.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News