Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Kembali Cantik meski Rugi Rp 900 Triliun
Jumat, 19 November 2010 – 08:08 WIB

Seorang staf relawan siap menjelaskan dokumentasi foto Gempa Kobe di Museum DRI. Foto : Sofyan Hendra/Jawa Pos
DRI juga meneliti penanggulangan dan pengurangan risiko gempa. DRI ditopang oleh sepuluh peneliti senior yang merupakan profesor dan praktisi berpengalaman di Jepang. Para peneliti senior itu juga ditunjang sejumlah periset muda. Spesialisasi keilmuannya tidak hanya ilmu alam seperti geologi dan vulkanologi, teknik sipil, sosiologi, ekonomi, dan sebagainya.
Hashimoto mengatakan, DRI juga membuat pelatihan manajemen penanggulangan bencana. Selain itu, DRI melakukan asistensi terhadap proses tanggap darurat bencana di sejumlah tempat.
Tidak lupa, DRI juga membangun jaringan dengan lembaga-lembaga lain dalam aksi bersama penanggulangan bencana. Langkah DRI itu memang terbukti membuat Kobe menjadi pusat penanggulangan bencana dunia. Hampir semua lembaga yang bersinggungan dengan penanggulangan bencana memiliki kantor di Kobe." Sebut saja Asian Disaster Reduction Center (ADRC), Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), United Nations Centre for Regional Development (UNCRD), WHO, dan Japan International Cooperation Hyogo International Center (JICA).
Hashimoto menambahkan, semua orang harus terus melanjutkan hidup setelah terjadi bencana. Namun, setiap bencana harus tetap dikenang agar manusia terus bersiap menghadapinya. Hashimoto mengutip ungkapan fisikawan Jepang Torahiko Terada (1878-1935). Natural disaster will hit us. By the time people have forgotten about it. Bencana alam memang akan menghajar kita. Tapi, seiring dengan berlalunya waktu, orang akan lupa. (*c1/dos)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri