Kok Tak Ada Tembakan Peringatan?

Kok Tak Ada Tembakan Peringatan?
Kok Tak Ada Tembakan Peringatan?
JAKARTA- Seperti banyak kalangan, Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala juga melihat lemahnya peran intelijen dalam tragedi tewasnya Ketua DPRD Sumut Abdul Aziz Angkat. Dia menganalisis, ada tiga kemungkinan penyebab lemahnya kinerja intelijen. Pertama, intel memang benar-benar tak tahu bakal ada massa sebanyak itu. Kedua, intel mengumpulkan informasi yang salah. Ketiga, intel tahu tapi karena belajar dari yang sudah-sudah bahwa jumlah massa yang akan diturunkan pendemo selalu dibesar-besarkan, polisi lantas menyepelekan.

 

"Kan kita sudah biasa lihat, katanya mau ada demo 5 ribu orang ternyata hanya 50 orang. Nah, polisi kecolongan karena ternyata jumlah massa benar-benar membludak," ulasnya kepada JPNN, Kamis (5/2). Dia menilai, jumlah polisi di lapangan sangat sedikit sehingga tidak siap, dan tidak bertindak tegas.

 

Keganjilan lain yang Adrianus amati, ketika Abdul Aziz Angkat dikeroyok massa, tidak ada satu pun polisi yang mengeluarkan senjata, mengangkatnya dan memberikan tembakan ke atas untuk membubarkan massa. Ada dua kemungkinan. Pertama, karena polisi memang tidak siap, tidak ada rentang komando yang jelas saat kejadian, sehingga polisi yang di tengah massa tidak berani mengeluarkan senjata karena tidak ada perintah atasan.

 

Kemungkinan kedua, polisi di Sumut sudah mulai takut untuk mengambil inisiatif di lapangan. Ketika kondisi di lapangan sudah mendesak, mereka masih juga menunggu atasan. "Ini berbahaya dan para petinggi polri harus segera melakukan pembinaan serius. Mental menunggu perintah atasan harus melihat konteks persoalan," katanya. (sam/JPNN)

JAKARTA- Seperti banyak kalangan, Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala juga melihat lemahnya peran intelijen dalam tragedi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News