Kolaborasi Diperlukan untuk Tanggulangi Retinopati Diabetika Diabetes

Kolaborasi Diperlukan untuk Tanggulangi Retinopati Diabetika Diabetes
Guru besar UGM Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M(K), M.Epi, PhD., mengatakan kolaborasi diperlukan untuk menanggulangi Retinopati Diabetika diabetes. Foto: tangkapan layar Zoom

Dia menambahkan, retinopati diabetika telah menjadi masalah prioritas kesehatan mata di Indonesia, mengingat dampak signifikan pada kualitas hidup, produktivitas, dan beban pembiayaan.

Dengan makin tingginya prevalensi diabetes, risiko komplikasi RD yang menyebabkan kebutaan juga meningkat. 

"Retinopati diabetika dapat terjadi pada siapa saja yang memiliki diabetes, terutama jika kadar gula darah tidak terkontrol," jelas Prof. Bayu.

Penderita diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setidaknya sekali dalam setahun, bahkan jika tidak ada keluhan, sambungnya.

Peta jalan ini juga menargetkan cakupan skrining sebesar 80 persen untuk penderita diabetes dan tatalaksana yang tepat bagi 60% pasien pada 2030.

Ini sejalan dengan target WHO yang mendorong negara-negara untuk melakukan skrining mata secara teratur pada penderita diabetes.

Di sisi lain, jumlah penderita RD diperkirakan akan meningkat drastis, mencapai 5 juta kasus pada tahun 2025.

Jika tidak ditangani secara efektif, RD diperkirakan akan menelan biaya kesehatan sebesar Rp 138 triliun pada tahun yang sama, melonjak dari Rp 38 triliun pada 2017. 

Guru besar UGM mengatakan kolaborasi diperlukan untuk menanggulangi Retinopati Diabetika diabetes

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News