Komarudin Watubun Bicara Skenario Jalur Sutra Tiongkok

Komarudin Watubun Bicara Skenario Jalur Sutra Tiongkok
Komarudin Watubun dan Presiden Joko Widodo. Foto: Istimewa for JPNN

Jalur Sutera, jalur perdagangan, diplomasi, komersial, arus manusia, barang, jasa, uang, dan informasi, telah menghasilkan kemajuan Tiongkok selama berabad-abad.

Maka Tiongkok selalu menyebut negaranya adalah pusat dan negara-negara lain adalah pinggiran.

Risikonya bagi 10 negara ASEAN ialah sulitnya negara-negara ASEAN mencapai satu sikap terhadap Tiongkok, khususnya dalam kasus sangketa di Laut Cina Selatan.

Karena Tiongkok melakukan upaya-upaya diplomasi bilateral, dengan tekanan, dan bahkan kekuatan militer.

Hal ini perlu direspons dengan taktis dan strategis oleh negara-negara ASEAN yang sudah terbukti dan teruji mampu mempertahankan kerjasama ekonomi dan budaya selama ini, merawat stabilitas kawasan, perdamaian, dan kerjasama berbagai bidang baik pada level pemerintahan maupun level masyarakat.

Beberapa contoh dapat dikemukakan di sini. Misalnya, sejak Maret 2014, Tiongkok mereklamasi tujuh zona terumbu karang di Kepulauan Spratly.

Akibatnya, luas lahan reklamasinya mencapai 2.000 hektare. Reklamasi ini tidak pernah ada sebelumnya. Sehingga muncul protes dari Amerika Serikat dan negara-negara Asia lainnya.

Berikutnya, akhir 2013, 50 ribu kapal iklan (fishing vessels) Tiongkok dilengkapi dengan peralatan keamanannya di Laut Cina Selatan.

Xi Jinping dipilih sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada Kongres ke-18 PKT November 2012.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News