Komarudin Watubun: Tradisi Pukul Sapu Lidi Mamala Harus Go International
“Inilah keragaman dan kebesaran Indonesia yang harus kita syukuri, jaga, rawat, serta lestarikan,” ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Pukul sapu lidi dilakukan oleh pemuda dari Desa Morela dan Mamala, Maluku Tengah.
Mereka saling berhadapan sembari memegang lidi dari pohon enau. Para pemuda ini akan saling menyerang dalam waktu 30 menit.
Seusai pertarungan, setiap pemuda mendapatkan pengobatan secara khusus. Pemuda yang berasal dari Desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka.
Sedangkan pemuda dari Desa Mamala menerima obat penyembuh luka yang terbuat dari minyak kelapa dicampur dengan pala dan cengkeh.
Sebagian pihak menilai khasiat minyak ini telah kesohor ke mana-mana sehingga menarik minat para ilmuan dari dalam dan luar negeri untuk menelitinya.
“Sepintas tradisi membahayakan para anggotanya. Namun, tradisi ini justru bisa menjalin ikatan silaturahmi antara kedua desa dengan baik. Catatan lain dan penting dari peristiwa ini adalah pembuktian tentang kekuatan doa dan restu dari para tetua kampung atas minyak-minyak tersebut,” ujar pria yang karib disapa Bung Komar itu.
Kepala sekolah PDI Perjuangan bagi calon kepala daerah se-Indonesia itu menambahkan, tradisi yang dibangun sejak abad ke-17 tersebut harus tetap dijaga.
Komarudin Watubun tak bisa menutupi kekagumannya saat menyaksikan atraksi budaya pukul sapu lidi di Negeri Mamala, Maluku Tengah, Minggu (2/7).
- Dukung Gerakan Literasi Heka Leka, Anies Baswedan Bicara Potensi Anak-anak Maluku
- Laut China Selatan, Teledor Atau Terjerat Calo Kekuasaan
- Ribuan Pendukung dari Seluruh Penjuru Maluku Hadiri Kampanye Akbar JAR-AMK
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Novita Hardini Sebut Penghapusan DAK Pariwisata akan Mencekik Daerah
- Menteri Teuku Riefky: Ini Sejarah, Mari Bangun Ekonomi Kreatif Indonesia