Komikus I Wayan Nuriarta Meraih Gelar Doktor dari Udayana Lewat Epik Mahabharata
"Upaya mengartikulasikan identitas keindonesiaan lewat komik epik Mahbaharata menjadi menarik dikaji karena Mahabharata berasal dari luar, dalam hal ini India. Internalisasi atau rekreasi identitas India ke dalam identitas Indonesia ini memberikan dimensi semakin menarik dalam pembahasan artikulasi identitas dalam konteks budaya populer komik," tukasnya.
Berdasarkan analisis dan persoalan penelitian yang diangkat, I Wayan Nuriarta menarik tiga kesimpulan. Pertama, tiga komikus terkemuka Indonesia R.A Kosasih, Teguh Santosa, dan Gun Gun melakukan konstruksi identitas keindonesiaan dalam komik wayang epik Mahabharata lewat tiga bentuk, yaitu konstruksi identitas visual, identitas verbal, dan identitas naratif.
Dalam melakukan kontruksi bentuk itu, komikus melakukan dengan kekhasan sesuai dengan pandangan dunia (world view) dan latar belakang budaya masing-masing yaitu Sunda, Jawa, dan Bali. Teks verbalnya menggunakan bahasa Indonesia dan memasukkan unsur bahasa daerah dalam komiknya, seperti penggunaan istilah Sunda untuk bertegur-sapa, sampurasun, bahasa Jawa seperti kata kangmas (panggilan untuk saudara laki-laki), dan kata kerahayuan (keselamatan).
"Konstruksi narasi keindonesiaan hadir dengan memunculkan Drupadi sebagai perempuan yang hanya memiliki seorang suami yaitu Yudistira. Drupadi tidak dimunculkan sebagai perempuan yang melakukan poliandri seperti narasi versi India. Hadirnya tokoh Antasena. Tokoh Antasena hanya ada di kisah Mahabharata versi Jawa. Konstruksi naratif sebagai identitas keindonesiaan juga muncul dengan adanya tokoh Maharsi yang bercerita pada Prabu Janamejaya. Komik Mahabharata karya Gun Gun banyak memasukkan ajaran Agama Hindu yang tidak terasa sebagai konstruksi radikal karena epik Mahabharata berasal dari India," urai I Wayan Nuriarta.
Kedua, ada tiga faktor penyebab terjadinya artikulasi identitas keindonesiaan dalam komik wayang tiga komikus yaitu faktor kesadaran pentingnya penguatan identitas budaya daerah, faktor nasionalisme, dan faktor ideologi kapital.
Sedangkan kesimpulan ketiga, implikasi artikulasi identitas dalam komik wayang Mahabharata berdampak pada lahirnya rekreasi komik, diterimanya komik sebagai budaya Indonesia, terjadi counter hegemoni terhadap dominasi identitas komik sebagai budaya Barat dengan munculnya komik wayang dalam sepanjang sejarah kemunculannya dari 1955 sampai 2015, dan lahirnya genre-genre baru komik di Indonesia.
Di akhir, I Wayan Nuriarya meyakini penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi dunia pendidikan sebagai bahan ajar atau modul yang dapat digunakan dalam pengajaran desain komunikasi visual.
Penelitian ini juga memperkaya khasanah kajian kritis budaya populer komik dalam Kajian Budaya dan kajian komunikasi visual terutama yang berkaitan dengan artikulasi identitas budaya dalam komik. (tan/jpnn)
I Wayan Nuriarta melanjutkan kajian mengutamakan konten komik epik Mahabharata yang merefleksikan perbincangan relevan untuk memaknai artikulasi keindonesiaan.
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga
- Luo Yuan Yuan jadi Mahasiswa Asing Pertama Raih Doktor di Untar dengan IPK Sempurna
- UI Tutup Spekulasi yang Ragukan Kelulusan Program Doktor Menteri Bahlil
- Perihal Disertasi Bahlil, Prof Iswandi: Secara Prosedur Pasti Sudah Lewati Tahapan Ujian
- AIMRI: Disertasi Bahlil Relevan Menjawab Tantangan Hilirisasi Nikel
- Hasto PDIP Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude
- Kepala BPKH Fadlul Imansyah Raih Gelar Doktor di UI