Komisi X DPR Apresiasi Sekolah Tapal Batas

Komisi X DPR Apresiasi Sekolah Tapal Batas
Komisi X mengunjungi sekolah tapal batas. Foto: Humas DPR

Fikri dan Tim Panja pun menemukan beberapa masalah yang dihadapi Sekolah Tapal Batas. Pertama, terkait sarana prasarana serta infrastruktur sekolah. Kendati sudah mendapatkan bantuan, namun kondisinya mesti ditingkatkan.

Kemudian terkait tenaga pengajar yang dinilai minim. Sehingga diperlukan langkah dari Pemerintah Daerah Kalimantan Utara (Kaltara), agar dapat meningkatkan guru untuk mengajar di daerah perbatasan.

“Usulan dari Pemprov Kaltara, untuk mengangkat dan memprioritaskan putera-puteri daerah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk mengajar. Namun harus diakui, untuk mengajar di daerah perbatasan, jika tidak ada jaminan kesejahteraan, tentu tidak menarik. Sehingga tentunya harus diimbangi dengan insentif dan jaminan, serta tunjangan kemahalan,” usul Fikri.

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Popong Otje Djundjunan mengatakan, sekolah-sekolah di daerah perbatasan harus mendapatkan perhatian khusus yang sangat serius dari pemerintah. Selain karena ada sisi politis, yakni berbatasan dengan negara tetangga, daerah perbatasan juga menjadi cerminan Indonesia.

“Terkait sisi politis di daerah perbatasan ini, harus ada kesamaan persepsi antara legislatif dan eksekutif, baik di daerah maupun pusat. Sehingga dalam membuat kebijakan, memiliki langkah yang sama. Ketika kebijakan yang dibuat sudah tepat dan sama sikapnya, baru kemudian teknisnya dijalankan oleh pemerintah. DPR akan mengawasi pelaksanaan teknisnya,” jelas politisi F-PG itu.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah Tapal Batas Suraidah mengakui, masih ada permasalahan yang dihadapi sekolah yang dipimpinnya, diantaranya minimnya guru, infrastruktur gedung, maupun minimnya koleksi buku. Akibat dari minimnya koleksi buku, literasi guru dan murid cukup rendah.

Untuk diketahui, guna meninjau Sekolah Tapal Batas di Pulau Sebatik ini memang tidak mudah. Selain jaraknya yang cukup jauh dari Tarakan, infrastruktur di beberapa titik kurang memadai.

Setidaknya diperlukan hampir tiga jam perjalanan kapal dari Tarakan, menuju Pelabuhan Sungai Pancang di Pulau Sebatik. Dilanjutkan perjalanan darat hampir satu jam menuju Sekolah Tapal Batas, dengan melewati beberapa jalanan yang kondisinya berlubang dan kontur jalanan yang rendah dan tinggi.

Sekolah ini menjadi media belajar anak-anak yang berada di daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News