Komoditas Rebound, Emiten Tambang Diburu
jpnn.com, JAKARTA - Pelaku usaha di sektor energi optimistis mengakhiri puasa panjang seiring kenaikan harga komoditas.
Sebaliknya, kenaikan yang terlalu tinggi membuat sektor keuangan patut diwaspadai.
Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, harga batu bara mulai naik sejak kuartal keempat 2016.
Harganya sempat menembus USD 112 per ton. Namun, kenaikan itu terbukti semu.
Pasalnya, pada akhir November harganya anjlok lagi menjadi USD 80 per ton.
Kenaikan harga batu bara terkait dengan pengurangan jam kerja buruh tambang di Tiongkok.
Karena Negeri Panda tersebut merupakan penghasil batu bara terbesar dunia, persediaan dunia pun berkurang 10–15 persen.
’’Namun, Tiongkok juga konsumen batu bara terbesar dunia. Kalau harga batu bara naik terlalu tinggi, harga listrik di Tiongkok semakin mahal. Jadi, mereka mengubah kebijakan yang membuat pasokan dunia normal lagi,” ucap Hendra.
Pelaku usaha di sektor energi optimistis mengakhiri puasa panjang seiring kenaikan harga komoditas.
- KPK Dalami Ekspor Batu Bara dari Pemeriksaan Dirjen Bea Cukai
- Celeng Banteng
- Kasus Suap Seleksi PPPK Batu Bara, 5 Terdakwa Divonis 1 Tahun Penjara
- Sustain Sebut Peningkatan Pungutan Batu Bara Bisa Dialokasikan untuk Transisi Energi
- Menko Airlangga: Indonesia Sedang Jadi Perhatian Berbagai Negara
- Hidup Baru Nurhadi