Kompas, Komunitas yang Peduli kepada Remaja di Kawasan Lokalisasi Dolly
Berawal dari Penasaran terhadap Wilayah Prostitusi Legendaris Itu
jpnn.com - PAGI itu lapangan Puskesmas Kali Kedinding tampak ramai. Terdengar riuh rendah suara puluhan remaja yang sedang out bound. Seru banget. Terutama ketika mereka memainkan game boom box. Aturannya, siapa saja yang menginjak, kotak yang dibuat panitia akan meledak.
Sepanjang permainan, terdengar kata boom, boom, boom bersahutan. Terlihat jelas senyum bahagia yang menghiasi wajah para ABG tersebut. Itulah sedikit gambaran acara Youth Leadership Camp yang diadakan Kompas, Sabtu (21/6) hingga Minggu (22/6).
Komunitas tersebut digawangi Dedik Sulistiawan, Lukman Hakim, Adelia Ratri Mahenda, Ryan Rizky Bikatofani, dan Mursyidul Ibad. Mereka adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga.
’’Awalnya kami pengin tahu tahu Dolly itu apa. Soalnya, kami semua bukan orang Surabaya,’’ ujar Dedik Sulistiawan. Dedik memang asli Trenggalek. Meski begitu, dia tergerak unjtuk mengubah Dolly.
Sebab, dia merasa begitu trenyuh membayangkan rasanya terlahir di Gang Dolly. Setiap hari adegan pornografi mudah dijumpai. Perilaku seks bebas bisa jadi hal yang biasa. Belum lagi mudahnya peredaran alkohol. Karena itu, muncul keinginan kuat untuk memberdayakan warga lokalisasi tersebut.
Awalnya, mereka ingin mengubah pekerja seks komersial (PSK). Sebab, mereka sama-sama concern pada masalah kesehatan reproduksi.
Saat itu mereka berkonsultasi dengan Rachmat Hargono, salah seorang dosen pembimbing di FKM Unair. Rachmat menyatakan, sudah banyak lembaga yang mengelola PSK. Namun, belum ada pihak yang menggarap remaja terdampak. Hal itu dikuatkan oleh hasil penelitian. Yakni, 70 persen perilaku pranikah remaja dipengaruhi adanya lokalisasi.
Karena itu, mereka sadar betul bahwa hidup di lingkungan lokalisasi berdampak buruk bagi psikologis remaja. Akhirnya, mereka mantap ingin menularkan nilai-nilai positif kepada remaja Dolly. Kompas pun komitmen agar remaja jauh dari HIV/AIDS atau narkoba. ’’Kan mereka masih ababil (ABG labil, Red). Takutnya pengin coba seks bebas yang berisiko,’’ tegas Dedik.
PAGI itu lapangan Puskesmas Kali Kedinding tampak ramai. Terdengar riuh rendah suara puluhan remaja yang sedang out bound. Seru banget. Terutama
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara