Kompleks Bengkel Teater Rendra, setelah sang Maestro Tiada
Lanjutkan Hutankan Kota dan Bangun Amphitheatre
Kamis, 20 Agustus 2009 – 06:39 WIB
Di bagian belakang kompleks terdapat pemakaman keluarga. Ada delapan jenazah yang dimakamkan di lahan seluas dua kali lapangan voli tersebut. Mereka adalah keluarga Rendra, anggota Bengkel Teater, juga Mbah Surip. Kompleks tersebut mulai dibangun setelah Rendra dan Bengkel Teaternya sukses menggelar Panembahan Reso di beberapa tempat di Eropa dan di Istora Senayan pada 1986.
Sepeninggal Rendra, kata Dibyo, Bengkel Teater tetap hidup. Rendra bagi aktivis Bengkel Teater adalah pembuka jalan. Yang sudah dia lakukan menjadi petunjuk bagi rekan-rekannya untuk melanjutkan. "Seperti kata Mas Willy, patah tumbuh hilang berganti," ujar lelaki 62 tahun itu.
Keluarga baru saja memperingati tujuh hari meninggalnya Rendra, Jumat (14/8). Kini, mereka fokus pada peringatan 40 harinya. Menurut rencana, peringatan tersebut digelar di dekat makam penyair berjuluk si Burung Merak itu. Sebuah panggung akan dibangun di samping makam. Sejumlah penyair dan dramawan di tanah air bakal diundang. Antara lain, Putu Wijaya, Butet Kertaredjasa, dan orang-orang dekat Rendra. "Semua orang diundang untuk menyajikan karya untuk Rendra," kata Dibyo.
Lebih lanjut Dibyo menjelaskan, keluarga dan kerabat dekat Bengkel Teater akan melanjutkan obsesi Rendra pada kompleks tersebut. Rendra, kata Dibyo, sangat terobsesi menjadikan kompleks tersebut menjadi hutan. Sejumlah tanaman hutan tropis yang keras dan lebat didatangkan. Mulai pohon kenari, jati mas, dan pohon-pohon hutan lain yang langka.
Peninggalan monumental Wahyu Sulaiman Rendra, kompleks Bengkel Teater, tidak akan merana meski sang Maestro telah berpulang. Keluarga dan aktivis
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408