Kompol Fahrizal, Si Penembak Adik Ipar Benci Warna Hitam

Sedangkan Maya Safira Harahap dalam kesaksiannya mengaku, satu minggu sebelum kejadian suaminya itu mengalami demam.
“Memang dalam belakangan terakhir ini dia sedikit aneh, tangan di kaoskakiin, saya sempat berpikir kalau sakitnya kambuh lagi. Makanya kami putuskan pulang berobat ke Medan,” kata Maya.
Diakuinya juga, pada 2016 suaminya sudah tidak lagi mengkonsumsi obat yang diberikan dokter Mustafa dari Klinik Bina Atma. Bahkan, sejak menjabat sebagai Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Fahrizal juga sudah tidak lagi sakit.
“Dia kalau kerjanya aktif dan banyak tidak ada masalah, malah kalau banyak waktu luang yang buat dia banyak melalui,” katanya.
Sedangkan Heni Wulandari, lebih banyak ditanya hakim saat proses terjadinya penembakan hingga terbunuhnya suami terciptanya tersebut.
“Katanya kalian sudah berdamai yaa, apa kamu tidak dendam,” tanya hakim kepada Heni.
Sambil menangis, Heni yang sama dengan Maya mengenakan hijab merah mengatakan, pelaku merupakan abang kandungnya. Diakui Heni, Kompol Fahrizal juga telah banyak berjasa baginya.
“Saya juga tidak lupa dengan kebaikan abang saya walaupun suami saya dia bunuh,” kata Heni menangis.
Sidang kasus pembunuhan dengan terdakwa mantan Wakapolres Lombok Tengah, Kompol Fahrizal terhadap adik iparnya kembali digelar di PN Medan, Senin (29/10)
- Berkas Perkara Penembakan 3 Polisi di Lampung Diserahkan ke Denpom TNI
- Penembakan di Lokasi Judi Sabung Ayam Diduga Terencana, Sahabat Polisi: Pelaku Harus Dihukum Berat
- Anak Bos Rental Mobil: Kami Belum Bisa Memaafkan Para Pelaku Penembakan
- Ini Kata Komnas HAM soal Kasus 3 Polisi Diduga Ditembak Oknum TNI
- Polsek Negara Batin Terima Setoran Judi Sabung Ayam? Irjen Helmy Bilang Begini
- Habiburokhman Ingin Penembak 3 Polisi di Lampung Dihukum Mati