Kompor Bahlil

Oleh: Dahlan Iskan

Kompor Bahlil
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Bahlil sendiri merasa langkahnya itu sebagai pelaksanaan dari kebijakan presiden. "Tetapi, ya, sudahlah. Tidak perlu mencari siapa yang salah. Ini tanggung jawab saya," kata Bahlil.

Heboh di masyarakat tak tertahankan lagi. Presiden Prabowo turun tangan. Pembelian elpiji 3 kg dikembalikan ke cara semula. Tidak usah pakai KTP. Pengecer juga diizinkan kembali jual si melon.

Secara tidak langsung heboh elpiji 3 kg ini ada juga dampak baiknya: orang kembali sadar bahwa sebenarnya hanya orang miskin yang berhak dapat subsidi dari negara.

Elpiji melon hanya untuk orang miskin. Bukan untuk Anda. Juga bukan untuk orang yang sudah punya usaha.

Masalahnya: cara. Keputusan Bahlil ini dianggap bahlul: terlalu mendadak. Tidak pakai transisi. Tidak bertahap.

Cara beli harus pakai KTP hanya akan menambah keruwetan. Menambah kesulitan. Bukankah tidak ada jenis KTP khusus orang mampu dan KTP khusus untuk orang miskin.

Pemakaian KTP untuk beli si melon pastilah cara asal-asalan. Sama juga dengan ide tabung gas diberi warna. Merah untuk orang miskin, hijau untuk yang tidak miskin.

Cara ini terbukti gagal total saat pupuk bersubsidi diberi warna pink.

Kini Bahlil terkenal lagi: soal elpiji tabung 3 kg. elpiji melon. Terkenalnya mutlak. Mulai lapisan paling bawah sampai ke para elite di atas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News