Komunitas China di Italia Merasa Didiskriminasi Aturan Sertifikat Vaksin
"Jelas bahwa situasi ini melibatkan kesulitan yang cukup besar untuk produksi, bukan karena kurangnya vaksinasi tetapi karena ketidakmungkinan untuk mendapatkan sertifikat (vaksinasi)," tulis Long dalam surat yang dipublikasikan pada Selasa (19/10).
Satu-satunya vaksin COVID yang diakui oleh Italia untuk bisa mendapatkan Green Pass adalah vaksin buatan Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson dan AstraZeneca.
Perdana Menteri Italia Mario Draghi secara pribadi telah menyatakan skeptisisme terhadap vaksin Sinovac.
"Vaksin China ... telah menunjukkan bahwa khasiatnya tidak memadai," kata Draghi pada Juni.
Baik pemerintah maupun otoritas Tuscan sejauh ini tidak menanggapi seruan Long.
Namun, komunitas China di kota Prato mungkin masih terus berharap dengan melihat sebuah kasus serupa yang terjadi di San Marino, sebuah republik kecil yang terkurung daratan yang dikelilingi oleh wilayah Italia utara.
San Marino, tidak seperti Italia, mengizinkan penggunaan vaksin Sputnik buatan Rusia.
Salah satu komunitas China terbesar di Italia mengatakan mereka sedang dihukum secara tidak adil oleh aturan wajib kartu vaksinasi COVID-19
- ICIIS 2024 Sukses, Shan Hai Map Optimistis Iklim Investasi Indonesia Makin Baik
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- GRIB Jaya Sebut Kunjungan Prabowo ke China dan AS Berdampak Positif
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Kerja Sama Indonesia-China Mencapai 10 M Dolar AS, Ketum Kadin Anindya Bakrie: Ini Pertanda Baik