Komunitas Indonesia di Selandia Baru Terkesan Besarnya Empati Warga Setempat
Perhatian dan dukungan juga ia dapati di lingkungan tempat tinggal di mana para tetangganya tak berhenti berdatangan membawa buah tangan.
"Ada yang bawa sup, roti, coklat, atau dessert," katanya.
"Semangat inilah yang membuat kami bangga sebagai umat Islam yang hidup di Selandia Baru," paparnya lagi.
Di Christchurch
Photo: Ibnu Sitompul, mahasiswa Indonesia di Christchurch. (Facebook; Ibnu Sitompul)
Di Christchurch sendiri, Ibnu Sitompul juga mengaku tidak pernah membayangkan serangan itu. Tadinya dia bahkan hendak salat di Masjid Al-Noor. Tapi hari itu ia datang terlambat.
"Saya kaget sekali. Saya memikirkan ada kejadian seperti ini di Selandia Baru. Saya datang ke sini justru untuk menghindari hal-hal seperti itu," ujar Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Selandia Baru ini kepada ABC.
Ia lalu mencontohkan istrinya yang masih mengalami rasa takut karena hijab yang dikenakannya, meski kini berangsur normal kembali.
"Para tetangga mendukung, banyak dukungan dari orang. Kita tidak takut, hanya berhati-hati saja jadinya," katanya.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata