Komunitas Indonesia di Selandia Baru Terkesan Besarnya Empati Warga Setempat

Perhatian dan dukungan juga ia dapati di lingkungan tempat tinggal di mana para tetangganya tak berhenti berdatangan membawa buah tangan.
"Ada yang bawa sup, roti, coklat, atau dessert," katanya.
"Semangat inilah yang membuat kami bangga sebagai umat Islam yang hidup di Selandia Baru," paparnya lagi.
Di Christchurch

Di Christchurch sendiri, Ibnu Sitompul juga mengaku tidak pernah membayangkan serangan itu. Tadinya dia bahkan hendak salat di Masjid Al-Noor. Tapi hari itu ia datang terlambat.
"Saya kaget sekali. Saya memikirkan ada kejadian seperti ini di Selandia Baru. Saya datang ke sini justru untuk menghindari hal-hal seperti itu," ujar Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Selandia Baru ini kepada ABC.
Ia lalu mencontohkan istrinya yang masih mengalami rasa takut karena hijab yang dikenakannya, meski kini berangsur normal kembali.
"Para tetangga mendukung, banyak dukungan dari orang. Kita tidak takut, hanya berhati-hati saja jadinya," katanya.
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun
- Dunia Hari Ini: Mobil Tesla Jadi Target Pengerusakan di Mana-Mana
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo