Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara
Modal dari Royalti Buku dan Sumbangan Relawan
Sabtu, 23 Juni 2012 – 00:03 WIB
Seperti saat memancing, para siswa tidak sekadar bermain. Mereka juga diajari cara berhitung. Saat berhasil mendapatkan ikan dari dalam baskom plastik, anak-anak diminta menghitung hasil tangkapannya.
Agar adil, murid kelas A diminta memainkan permainan yang berbeda secara bergilir. Saat beberapa murid sudah ingin bergeser, padahal belum gilirannya, guru yang mendampingi tidak lantas melarang dengan menggunakan kata-kata "jangan" atau "tidak boleh".
"Kami memilih kata-kata "belum diizinkan". Jadi, bahasa yang digunakan di sini untuk membangun karakter. Kalau kami bilang jangan, anak-anak malah penasaran," ujar Atika, salah seorang guru, yang ditemui di sela-sela kegiatan belajar-mengajar PAUD Komunitas Menara, Senin (18/6) lalu.
Menurut penggagas PAUD Komunitas Menara Ahmad Fuadi, meski lembaga pendidikannya tidak berbayar alias gratis, dirinya tidak ingin setengah-setengah dalam mengelola yayasan. Guru yang berjumlah lima orang pun diwajibkan mengikuti pelatihan mengajar. Mereka juga sering mengikuti seminar pendidikan untuk menambah ilmu.
Berkat novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, nama Ahmad Fuadi melejit. Bahkan, novel pertamanya sudah diadaptasi ke layar lebar. Berkat kedua
BERITA TERKAIT
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis