Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara
Modal dari Royalti Buku dan Sumbangan Relawan
Sabtu, 23 Juni 2012 – 00:03 WIB
Fuadi mengakui, awalnya wali murid ogah-ogahan menjalani jadwal piket tersebut. Namun, setelah pengasuh menanamkan rasa memiliki terhadap komunitas itu, semua berubah. "Saya beri pengertian kepada mereka bahwa Komunitas Menara adalah milik kita bersama. Akhirnya mereka mau mengerti," jelasnya.
PAUD Komunitas Menara baru berusia 1,5 tahun. Namun, ide mendirikan yayasan pendidikan bagi anak usia dini itu terpikir sejak Fuadi mulai menulis novel Negeri 5 Menara. "Karena niat awal buku itu untuk berbagi. Jadi, pada edisi pertama buku sudah ditulis di pengantar dan cover bahwa ada bagian dari buku untuk membuat Komunitas Menara," urai alumnus program master George Washington University dan Royal Holloway, University of London, itu.
Bersama sang istri, Fuadi sepakat mendirikan yayasan sosial tersebut. Setelah itu, Fuadi beserta tim mulai memposting segala sesuatu tentang Komunitas Menara di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter. Dari kedua situs tersebut, Fuadi mengajak para pembaca untuk menjadi relawan. Hasilnya, kini sekitar 600 relawan terdaftar di Komunitas Menara. Selain menjadi relawan, banyak pula yang ingin menjadi donatur komunitas.
"Sampai ada anak SMA yang juga pembaca buku saya yang ingin banget menjadi donatur. Dia rela menyisihkan sebagian uang sakunya untuk didonasikan ke yayasan Rp 50 ribu sebulan. Saya terharu sekali atas perhatian anak SMA itu," ujar Fuadi.
Berkat novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, nama Ahmad Fuadi melejit. Bahkan, novel pertamanya sudah diadaptasi ke layar lebar. Berkat kedua
BERITA TERKAIT
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis