Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara

Modal dari Royalti Buku dan Sumbangan Relawan

Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara
Ahmad Fuadi bersama murid PAUD komunitas Menara di Tangerang Selatan (28 Nov 2011). Foto; Thomas Kukuh / JAWA POS

Fuadi mengakui, awalnya wali murid ogah-ogahan menjalani jadwal piket tersebut. Namun, setelah pengasuh menanamkan rasa memiliki terhadap komunitas itu, semua berubah. "Saya beri pengertian kepada mereka bahwa Komunitas Menara adalah milik kita bersama. Akhirnya mereka mau mengerti," jelasnya.

PAUD Komunitas Menara baru berusia 1,5 tahun. Namun, ide mendirikan yayasan pendidikan bagi anak usia dini itu terpikir sejak Fuadi mulai menulis novel Negeri 5 Menara. "Karena niat awal buku itu untuk berbagi. Jadi, pada edisi pertama buku sudah ditulis di pengantar dan cover bahwa ada bagian dari buku untuk membuat Komunitas Menara," urai alumnus program master George Washington University dan Royal Holloway, University of London, itu.

   

Bersama sang istri, Fuadi sepakat mendirikan yayasan sosial tersebut. Setelah itu, Fuadi beserta tim mulai memposting segala sesuatu tentang Komunitas Menara di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter. Dari kedua situs tersebut, Fuadi mengajak para pembaca untuk menjadi relawan. Hasilnya, kini sekitar 600 relawan terdaftar di Komunitas Menara. Selain menjadi relawan, banyak pula yang ingin menjadi donatur komunitas.

"Sampai ada anak SMA yang juga pembaca buku saya yang ingin banget menjadi donatur. Dia rela menyisihkan sebagian uang sakunya untuk didonasikan ke yayasan Rp 50 ribu sebulan. Saya terharu sekali atas perhatian anak SMA itu," ujar Fuadi.

Berkat novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, nama Ahmad Fuadi melejit. Bahkan, novel pertamanya sudah diadaptasi ke layar lebar. Berkat kedua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News