Komunitas Tari Hula yang Anggotanya Para Perempuan Ekspatriat Jepang
Tak Mau Ikut Penari Hawaii yang Pakai Coconut Bra
Jumat, 25 Maret 2011 – 08:08 WIB

GEMULAI: Ishan Odelia (paling depan) memimpin latihan tari khas Hawaii hula di sebuah fitness center apartemen di Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (24/3). Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
Ternyata, gempa 8,9 skala Richter menggoyang Miyagi pada 11 Maret lalu. Sebagian besar ekspatriat akhirnya mengurungkan niat untuk pulang kampung karena alasan keselamatan. Apalagi imbas ledakan reaktor nuklir di Fukushima masih terjadi.
Nah, karena sudah masuk liburan sekolah dan tak jadi pulang ke Jepang, beberapa istri ekspatriat tersebut akhirnya berinisiatif untuk membuka kelas hula. Mereka juga mengajak anaknya ikut serta. Jika pada masa aktif sekolah kelas dilangsungkan setelah jam sekolah pukul 16.00, kelas anak dimajukan pada pukul 11.00.
Tepat setelah kelas untuk ibu-ibu dilaksanakan. "Sebelumnya ingin libur dulu, eh sekarang malah ada kelas," ujar putri dari ayah warga Taiwan, Steve Fang, dan ibu Indonesia, Shirley Candra, tersebut.
Saat ini peserta tari hula Ishan mencapai 30?40 orang. Peserta warga Indonesia hanya 2?4 orang. Sisanya adalah para istri ekspatriat Jepang yang bekerja di Indonesia. Peserta terbanyak yang pernah dilatih Ishan mencapai 70 orang. Namun, jumlah itu lambat laun berkurang karena suami mereka dipindah atau kembali ke negara asalnya.
Sejumlah perempuan Jepang di Jakarta bergabung dalam satu komunitas belajar menari hula (tari khas Hawaii). Ketika Negeri Sakura tersebut dilanda
BERITA TERKAIT
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri