Komunitas Tionghoa 'Gedung Gajah' Berbenah Menjelang Imlek (1)

Tetap Utuh setelah Dua Kali Kerusuhan Solo

Komunitas Tionghoa 'Gedung Gajah' Berbenah Menjelang Imlek (1)
POTRET PLURALITAS: Anak-anak berlatih berlatih olahraga beladiri taekwondo di kompleks Gedung Gajah, Jalan Juanda, Solo. Foto : Ichwan Gembeng Prihantono/Radar Solo/JPNN

Ujian berat dialami para pengurus, anggota, dan staf karyawan PMS saat meletus kerusuhan di Kota Solo pada 14–15 Mei 1998. Saat itu banyak toko milik warga Tionghoa, tak terkecuali milik anggota PMS, yang dirusak dan dijarah massa. Maklum, 70 persen di antara sekitar 3.000 anggota PMS adalah etnis Tionghoa.

Ironisnya, peristiwa tersebut justru terjadi setelah PMS sebulan sebelumnya melakukan aksi peduli sosial. Prihatin dengan warga Solo dan sekitarnya yang terimpit beban akibat krisis ekonomi, PMS mengumpulkan dana dari banyak pihak. Setiap hari mereka membagi-bagi sembako kepada warga Solo.

Sebagai ’’orang Jawa’’ di PMS, Suhardi dan satpam Mursidan saat itu mengaku tidak enak melihat rumah dan tempat usaha Humas PMS Sumartono Hadinoto dan Ketua Bidang Olahraga PMS Ny Willy Santoso ikut dilahap api. Meski demikian, setelah kejadian itu, warga internal PMS tetap utuh.

Mereka tidak mau mencederai semangat Tan Gan Swie dkk, pendiri Chuan Min Kung Hui, yang saat mendeklarasikan organisasi sosial Tionghoa itu memang tak mau eksklusif. Mereka terbuka kepada siapa saja untuk masuk. Tidak memandang etnis ketika berkegiatan.

Perayaan Imlek tinggal dua pekan lagi. Di Solo, Jawa Tengah, Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), organisasi komunitas Tionghoa tertua yang masih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News