Kondisi Koalisi Kian Membingungkan, Antara Setengah Hati dan Setengah Mati
Oleh: Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi

Kalau pun ada nama Ridwan Kamil yang masuk tiga besar sebagai cawapres dengan elektabilitas tertinggi, justru tidak dianggap oleh elite partai berlambang pohon beringin tersebut.
Sebagai pendatang baru, nama Gubernur Jawa Barat yang moncer di kalangan anak muda penggemar media sosial harus siap ditempatkan di bench sebagai pemain cadangan.
Sebagai partai besar, Golkar memiliki sejarah kerap salah melabuhkan pilihannya.
Di Pilpres 2014, Golkar mendukung pasangan Prabowo Subianto–Hatta Rajasa yang kalah dari pasangan Jokowi – Jusuf Kalla.
Sama dengan PAN, partai ini juga selalu terjebak dalam salah memilih koalisi..
Pada Pilpres 2014 dan 2019 PAN selalu berseberangan dengan Jokowi, tetapi bisa masuk kabinet setelah minta bergabung di pemerintahan.
Sebaliknya, PPP akhirnya melabuhkan hati bersama PDI Perjuangan, Perindo dan Hanura untuk mendukung pencalonan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai bakal capres di Pilpres 2024.
Tidak ada makan siang yang 'gretongan', PPP sangat 'ngarep' menyodorkan nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sebagai pendamping Ganjar.
Kondisi koalisi partai politik belakangan ini kian membingungkan masyarakat, terkesan antara setengah hati dan setengah mati.
- Setuju Ambang Batas Parlemen 4 Persen Dihapus, Eddy Soeparno: Bentuk Keadilan Demokrasi
- Rommy Minta Pengurus Partai Tobat, Wasekjen PPP Bereaksi Begini
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Mardiono: Kader PPP Menyalahkan Kekurangan Logistik Pas Kalah Pemilu 2024
- Menjelang Pelantikan Prabowo-Gibran, MUI Keluarkan 3 Seruan Penting
- 2 Daerah ini Paling Rawan Terjadi Pelanggaran Netralitas ASN