Kondisi Koalisi Kian Membingungkan, Antara Setengah Hati dan Setengah Mati
Oleh: Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi

PAN yang semula telah sowan ke markas banteng dan langsung menyodorkan nama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebagai bakal cawapres Ganjar Pranowo, kontan berbalik badan.
PDIP tidak sudi didikte dan diatur oleh Zulkifli Hasan sang Ketua Umum PAN.
Golkar yang terjepit dengan desakan sebagian kadernya untuk menggelar musyawarah nasional luar biasa karena menganggap nama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto begitu stagnan elektabilitasnya di klasemen kandidat capres-cawapres akhirnya banting stir.
Golkar yang pernah menjajal berkomunikasi dengan Demokrat dan PDIP, akhirnya memilih bergabung dengan Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bersama PAN, Partai Bulan Bintang (PBB) dan salah satu partai lokal di Aceh, Partai Aceh.
Pada Pemilu 2019 lalu, Gerindra meraup 12,57 persen suara sah nasional dan PKB meraup 9,69 persen suara.
Jika digabungkan maka perolehan suara kedua partai ini berjumlah 22,36 persen suara sah nasional.
Walau akumulasi raihan suara tersebut belum memenuhi syarat untuk mengusung capres dan cawapres, tetapi dari raihan kursi di DPR bicara sebaliknya.
Di Pemilu, 2019 Gerindra berhasil meraih 13,57 persen kursi DPR, sementara PKB mendapat 10,09 persen.
Kondisi koalisi partai politik belakangan ini kian membingungkan masyarakat, terkesan antara setengah hati dan setengah mati.
- Setuju Ambang Batas Parlemen 4 Persen Dihapus, Eddy Soeparno: Bentuk Keadilan Demokrasi
- Rommy Minta Pengurus Partai Tobat, Wasekjen PPP Bereaksi Begini
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi
- Mardiono: Kader PPP Menyalahkan Kekurangan Logistik Pas Kalah Pemilu 2024
- Menjelang Pelantikan Prabowo-Gibran, MUI Keluarkan 3 Seruan Penting
- 2 Daerah ini Paling Rawan Terjadi Pelanggaran Netralitas ASN