Kondisi Suku Marind Papua Jadi Tesis Terbaik di Australia
Kamis, 30 Juli 2020 – 23:31 WIB
Kelapa sawit merenggut nyawa kerabat kita
Kelapa sawit mengeringkan sungai-sungai
Kelapa sawit menumpahkan darah tanah kita
Lirik lagu ini disenandungkan oleh Gerardus Gebze, seorang tetua adat Merauke saat pergi mencari sagu di hutan milik sukunya yang kini menjadi target perusahaan kebun kelapa sawit.
Dr Sophie merekam jeritan kesedihan dalam lagu tersebut, yang menurutnya, mewakili suara hati warga suku Marind.
"Lagu ini menggambarkan musnahnya pohon-pohon sagu akibat ekspansi deforestasi dan agribisnis," ujarnya.
Photo: Lahan hutan yang sangat luas di wilayah Merauke dibuka untuk perkebunan sawit milik perusahaan-perusahaan dari dalam dan luar negeri termasuk dari Singapura dan Korea Selatan. (Supplied: Sophie Chao)
"Ini menyuarakan hilangnya kerabat, rusaknya sungai-sungai serta hancurnya lanskap yang ada. Ini menyuarakan kelaparan, rasa pilu, dan kehilangan di antara semua mahluk hidup," katanya.
Menghabiskan waktu bertahun-tahun bersama suku Marind Anim di Merauke, Papua, antropolog dari Australia, Sophie Chao berhasil merekam dampak buruk perkebunan kelapa sawit bagi penduduk setempat
BERITA TERKAIT
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Hasil Sementara, Mari-Yo Unggul Signifikan di Pilgub Papua
- Yakin Menang di 4 Wilayah Utama, Mari-Yo Targetkan Raih 70 Persen Suara
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum