Kondisi Warga Indonesia di Kota-kota Dunia dengan Jumlah Kasus Virus Corona Tertinggi

Menurut mereka, kawasan tempat tinggalnya bukan kawasan 'hot spot' COVID-19, seperti Bronx dan Brooklyn, dengan jarak antar rumah yang relatif jauh dan warganya mematuhi aturan 'physical distancing' yang diterapkan pemerintah.
Inilah sebabnya meskipun khawatir, Hendy, Olin, dan anak semata wayang mereka, Hayzel, lebih merasakan atmosfer positif di tengah wabah corona di New York.
Hayzel, yang sekarang duduk di kelas 6, sudah sebulan berskolah dari rumah. Semua kebutuhannya, seperti laptop atau ipad, disediakan oleh Kementerian Pendidikan Amerika Serikat.
Tak hanya itu, jatah murid makan tiga kali sehari masih tetap dipenuhi oleh kantin sekolah. Orangtua bisa mengambil jatah makanan tersebut antara pukul 8 pagi sampai pukul 1 siang.
"Mungkin karena ini sekolah publik ada anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, pemberian makanan ini masih terus dilakukan pihak sekolah," Olin menjelaskan.
Kekhawatiran Olin justru lebih soal suaminya, karena Hendy bekerja di salah satu bank BUMN Indonesia di New York yang masih harus pergi ke kantor satu kali seminggu.

"Setiap mau keluar rumah, saya ingatkan, jangan lupa pakai ini-itu, semprot disinfektan. Begitu balik [ke rumah] juga jaket dicopot dulu, disemprot-semprot lagi, mandi dulu, baru makan," kata Olin kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.
Warga Indonesia yang tinggal di negara-negara dengan ratusan ribu kasus virus corona tidak hanya merasa khawatir soal kesehatan mereka
- Menko Yusril Pastikan RI Lindungi WNI yang Hadapi Masalah Hukum di Luar Negeri
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan