Konflik Papua Sangat Rumit, Perlu Penyelesaian Secara Kolaboratif dan Holistik

Konflik Papua Sangat Rumit, Perlu Penyelesaian Secara Kolaboratif dan Holistik
Kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Foto: Puspen TNI

"Daerah yang IPM-nya masih rendah seperti Nduga, Puncak, Intan Jaya dan Puncak Jaya cenderung tingkat kekerasannya tinggi. Mimika juga tinggi, tapi ini pemicunya berbeda. Di sana ada tambang freeport," jelas Jaleswari.

"Kita mengenal Jokowi bukan sekadar komitmennya terhadap pembangunan Papua. Beliau 13 kali melakukan kunjungan kerja ke Papua dan melihat progres pembangunan. Jokowi menginginkan cita-cita visi Indonesia Sentris harus dipenuhi," jelas Jaleswari.

Ia menyebut tiga paradigma pendekatan yang dipakai.

Pertama, adalah pendekatan antropologis, bagaimana rakyat papua harus dilibatkan dengan pendekatan budaya. Masyarakat Papua bukan objek tapi subjek.

Kedua, pendekatan kesejahteraan (ketimpangan terjadi perlu dibongkar dengan program langsung ke bawah. Seperti BBM satu harga, jalan ruas, termasuk pengambilalihan 51 persen Saham Freeport dan sebagainya.

Sedangkan yang ketiga, kata Jaleswari, adalah pendekatan evaluatif. Yakni pembangunan diawasi ketat agar dana tepat sasaran dan dirasakan masyarakat. (gir/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

Direktur IPI menyebut konflik Papua paling alot dibanding wilayah lain, karena itu perlu penyelesaian secara kolaboratif dan holistik


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News