Konflik Pasca Tragedi Sampang Bisa Meluas
Sabtu, 01 September 2012 – 07:48 WIB
Untuk itu, Fajar berharap, pemerintah harus melakukan tindakan preventif untuk mengantisipasi terjadinya kasus kekerasan berlatar belakang agama. Disayangkan, justru respons pemerintah selama ini hanya bersifat reaktif setelah terjadi konflik antar kedua belah pihak. ’’Pemerintah harus melakukan pencegahan dari hulu ke hilir jangan sampai persoalan berlatar belakang agama sampai muncul,’’ tuturnya.
Sedangkan menurut Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur Istibsyaroh menegaskan, konflik di Sampang karena banyak yang tidak paham dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan peraturan di negara ini. ’’Mereka hanya mendengarkan para ulama dan tokoh masyarakat,’’ ulasnya.
Istib menilai, warga yang terlibat dalam konflik itu banyak yang tidak mengerti dan mereka hanya ikut-ikutan. Banyak masyarakat Madura yang meyakini ucapan ulama ataupun tokoh masyarakat. ’’Mereka pasti percaya ucapan para ulama walaupun belum tahu benar atau salah,’’ terangnya.
Selain itu, menurut dia, dalam ajaran Syiah berbeda dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Seperti di dalam kitab Syiah, tidak ada anjuran untuk mengucap dua kalimat syahadat dan di dalam rukun Islam terdapat kekuasaan. ’’Untuk menyelesaikan masalah ini, harus diberikan pemahaman dari perbedaan itu,’’ kata anggota Komite I DPD RI itu. (fdi)
JAKARTA-Penyerangan terhadap kelompok Syiah di Sampang, Madura, merupakan bentuk kriminalisasi terhadap kelompok minoritas. Namun, apabila akar permasalahan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Inilah Syarat Penting Pendaftaran PPPK 2024 Gelombang II, Honorer Harus Gercep
- Masa Pendaftaran PPPK 2024, Honorer Wajib Mewaspadai 2 Hal Ini
- BARAQ Bakal Demo Kedubes AS dan Kantor PBB
- Info Terkini Kasus Video Asusila Guru dan Siswi di Gorontalo, Keluarga Korban Lapor Polisi
- Heboh Ketum Parpol Dilaporkan ke Polisi Gegara Aniaya Istri Muda, Ini Analisis Reza
- Penyandang Disabilitas Tunanetra di RI Capai 4 Juta, Baru 1 Persen yang Bekerja di Sektor Formal