Konflik Pasca Tragedi Sampang Bisa Meluas

Konflik Pasca Tragedi Sampang Bisa Meluas
Konflik Pasca Tragedi Sampang Bisa Meluas
Untuk itu, Fajar berharap, pemerintah harus melakukan tindakan preventif untuk mengantisipasi terjadinya kasus kekerasan berlatar belakang agama. Disayangkan, justru respons pemerintah selama ini hanya bersifat reaktif setelah terjadi konflik antar kedua belah pihak. ’’Pemerintah harus melakukan pencegahan dari hulu ke hilir jangan sampai persoalan berlatar belakang agama sampai muncul,’’ tuturnya.

Sedangkan menurut Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur Istibsyaroh menegaskan, konflik di Sampang karena banyak yang tidak paham dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan peraturan di negara ini. ’’Mereka hanya mendengarkan para ulama dan tokoh masyarakat,’’ ulasnya.

Istib menilai, warga yang terlibat dalam konflik itu banyak yang tidak mengerti dan mereka hanya ikut-ikutan. Banyak masyarakat Madura yang meyakini ucapan ulama ataupun tokoh masyarakat. ’’Mereka pasti percaya ucapan para ulama walaupun belum tahu benar atau salah,’’ terangnya.

Selain itu, menurut dia, dalam ajaran Syiah berbeda dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Seperti di dalam kitab Syiah, tidak ada anjuran untuk mengucap dua kalimat syahadat dan di dalam rukun Islam terdapat kekuasaan. ’’Untuk menyelesaikan masalah ini, harus diberikan pemahaman dari perbedaan itu,’’ kata anggota Komite I DPD RI itu. (fdi)

JAKARTA-Penyerangan terhadap kelompok Syiah di Sampang, Madura, merupakan bentuk kriminalisasi terhadap kelompok minoritas. Namun, apabila akar permasalahan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News