Kongres Media Dunia Serukan Kebebasan Pers
Senin, 03 Juni 2013 – 13:18 WIB
Mathew pun menegaskan bahwa WAN IFRA selalu mendukung perkembangan media yang bebas dari segala bentuk interpensi. Dua negara yang selama ini terkesan tertutup, menurut Mathew kini sudah mengalami perkembangan signifikan. Yakni Myanmar dan Thailand.
Baca Juga:
"Semangat kebebasan, telah membuat sebagian besar kita terkejut sekaligus memberi apresiasi. Publik bisa melepas ekspresi mereka dengan adanya jaminan kebebasan media," tegas Mathew.
Dihadapan Wakil Perdana Menteri Thailand Kittirat Na Ranong yang hadir, Mr Mathew pun mengkritik Pasal 112 KUHP, perihal hukum "lèse-majesté". Hukum ini dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran media terhadap raja dan keluarga kerajaan. Akibatnya sering terjadi penangkapan wartawan.
"Kami memahami alasan historis bagi keberadaan hukum lèse-majesté, tapi WAN-IFRA sangat prihatin dengan penyalahgunaannya yang menyebabkan dalam beberapa kasus penangkapan dan pemenjaraan editor, penerbit dan wartawan," katanya. "Ini penangkapan yang tidak semestinya dan pemenjaraan bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan pers. Ini akan menggagalkan pengembangan media yang kuat dan menghapuskan semangat independensi," tegas Mathew.
BANGKOK - Kongres media massa dunia atau 65th World Newspaper Congress telah resmi dimulai. Dalam acara pembukaan yang dihadiri ribuan perwakilan
BERITA TERKAIT
- PPI Munich Gelar Sports and Culinary Festival Perdana di Munich
- Terima Kekalahan, Kamala Harris Berharap Amerika Tak Menuju Era Kegelapan
- Donald Trump jadi Presiden AS Alamat Bahaya Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Invasi Rusia Makin Brutal, Pengamat Soroti Penderitaan Warga Sipil Ukraina
- Donald Trump Menang, Israel Bakal Makin Brutal di Timur Tengah
- Dipastikan Menang Pilpres, Donald Trump Berjanji Akan Menyembuhkan Amerika