Kongres Media Dunia Serukan Kebebasan Pers

Kongres Media Dunia Serukan Kebebasan Pers
Kongres Media Dunia Serukan Kebebasan Pers
Mathew pun menegaskan bahwa WAN IFRA selalu mendukung perkembangan media yang bebas dari segala bentuk interpensi. Dua negara yang selama ini terkesan tertutup, menurut Mathew kini sudah mengalami perkembangan signifikan. Yakni Myanmar dan Thailand.

"Semangat kebebasan, telah membuat sebagian besar kita terkejut sekaligus memberi apresiasi. Publik bisa melepas ekspresi mereka dengan adanya jaminan kebebasan media," tegas Mathew.

Dihadapan Wakil Perdana Menteri Thailand Kittirat Na Ranong yang hadir, Mr Mathew pun mengkritik Pasal 112 KUHP, perihal hukum "lèse-majesté". Hukum ini dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran media terhadap raja dan keluarga kerajaan. Akibatnya sering terjadi penangkapan wartawan.

"Kami memahami alasan historis bagi keberadaan hukum lèse-majesté, tapi WAN-IFRA sangat prihatin dengan penyalahgunaannya yang menyebabkan dalam beberapa kasus penangkapan dan pemenjaraan editor, penerbit dan wartawan," katanya. "Ini penangkapan yang tidak semestinya dan pemenjaraan bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan pers. Ini akan menggagalkan pengembangan media yang kuat dan menghapuskan semangat independensi," tegas Mathew.

BANGKOK - Kongres media massa dunia atau 65th World Newspaper Congress telah resmi dimulai. Dalam acara pembukaan yang dihadiri ribuan perwakilan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News