Konon Ada Bahaya di Balik Subsidi BBM, Begini Kata Ahli
Bila dibandingkan 2020, realisasi subsidi energi pada 2021 ini melonjak 37,4 persen. Realisasi subsidi energi pada 2020 mencapai Rp 95,7 triliun, terdiri dari subsidi BBM dan LPG Rp 47,7 triliun dan subsidi listrik Rp 48 triliun.
Pada 2022 subsidi energi ditargetkan naik menjadi Rp 134 triliun, terdiri atas subsidi BBM dan LPG Rp 77,5 triliun dan subsidi listrik Rp 56,5 triliun.
"Jika tidak dikendalikan dengan penyesuaian harga BBM, LPG, dan listrik, subsidi energi tahun ini bakal meroket seiring kenaikan harga minyak global," katanya.
Max menyatakan kenaikan konsumsi BBM bisa jadi karena kesejahteraan masyarakat membaik sehingga bisa membeli kendaraan. Di sisi lain, transportasi publik masih belum bagus.
"Ini harusnya direm seperti dengan menaikkan pajak kendaraan dan menaikkan harga BBM," kata pakar ekonomi energi dan sumber daya alam lulusan Australian National University (ANU) itu.
Kenaikan konsumsi BBM yang tidak diikuti dengan kebijakan penyesuaian harga energi membuat masyarakat terus berburu BBM yang murah. Tidak hanya di transportasi, di sektor industri juga ternyata banyak yang menyalahgunakan selisih harga.
Max menyarankan pemerintah untuk memperbaiki strategi komunikasi tentang harga minyak dan dampak yang ditimbulkan.
Sosialiasai harus dibangun berbasis data, guna memberikan informasi mengenai besarnya subsidi yang ditanggung pemerintah dan beban badan usaha akibat kenaikan harga minyak.
Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Ekonomi BRIN Dr Maxensius Tri Sambodo mengingatkan pemerintah soal pengendalian subsidi BBM
- Gandeng BRIN, Mendes Yandri Yakin Sukses Majukan Desa hingga Tingkatkan GDP Indonesia
- Jelang Nataru, Pertamina Patra Niaga Regional JBB Cek Lembaga Penyalur BBM & LPG di Seluruh Wilayah
- Mendag Buka-bukaan Penyebab Kenaikan Harga Minyakita
- Akustika Swara Indonesia dan BRIN Kembangkan Tabung Impedansi
- PPN Bakal Naik 12 Persen, Gaikindo Merespons Begini
- Ahli BRIN Mengingatkan Soal Pentingnya BMS Untuk Kendaraan Listrik