Konon Kenaikan BBM Tak Berpengaruh Banyak, Ini Sebabnya
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai kenaikan harga BBM dan LPG nonsubsidi tak akan menimbulkan gejolak ekonomi dan inflasi.
Pasalnya, kenaikan terjadi pada BBM nonsubsidi yang biasa dikonsumsi masyarakat kelas atas.
"Konsumen Pertamax ke atas proporsinya kecil dan kebanyakan golongan menengah ke atas. Biasanya orang kaya tidak suka gejolak," ujar Fahmy dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Menurutnya, kenaikan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax Turbo dan Dex Series sesuai harga keekonomian, maka keputusan itu tepat dan sangat wajar.
Namun, Pertamina juga harus bisa menurunkan harga BBM nonsubsidi jika suatu saat harga minyak dunia turun.
"Bagi Pertamina, kenaikan harga BBM nonsubsidi bisa memperbaiki cash inflow. Sedangkan, bagi pemerintah bisa menurun dana kompensasi," terang Fahmy.
Per 10 Juli 2022 harga Pertamax Turbo yang sebelumnya hanya dijual Rp 14.500 per liter telah menjadi Rp 16.200 per liter, harga Pertamina Dex yang semula hanya Rp 13.700 per liter menjadi Rp 16.500 per liter, dan harga Dexlite dari Rp 12.950 per liter naik menjadi Rp 15.000 per liter.
Kemudian, LPG nonsubsidi Bright Gas juga naik sekitar Rp 2.000 per liter.
Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai kenaikan harga BBM dan LPG nonsubsidi tak akan menimbulkan gejolak ekonomi dan inflasi.
- Libur Natal 2024, Konsumsi Pertamax Naik 21,7 Persen di Sumbagsel
- Keberadaan Satgas Nataru Diyakini Turut Menekan Angka Kecelakaan
- Sepanjang 2024 PHE ONWJ Inisiasi 49 Program CSR
- Ini Langkah Strategis PHE OSES dan RSO PTK Perkuat Keamanan Laut
- Pertamina dan Kementerian ATR/BPN Bersinergi Memperkuat Infrastruktur Energi Nasional
- Pantau Satgas Nataru Pertamina, Wakil Menteri ESDM Jamin Ketersediaan Energi di Medan