Konsep MP3EI Masih Harus Diuji
jpnn.com - Mereka menilai, awarding itu memberi harapan yang baik pada pertumbuhan ekonomi negeri, di tengah ancaman krisis global yang sudah menggoyang AS dan Eropa.
ANGGITO Abimanyu yang juga Ketua Umum PB Perbasi ini mengakui, Asia Society adalah lembaga prestisius yang kredibilitasnya sudah teruji di Amerika Serikat. Karena itu dia bangga dengan Public Policy Award yang diberikan lembaga tersebut kepada Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
”Ini lembaga yang sudah lama dan amat prestisius,” kata Anggito. Lembaga ini didirikan John D Rockefeller III pada tahun 1956. Apalagi, Anggito pernah punya pengalaman kerjasama dengan Asia Society pada tahun 1980-an. Ketika itu pria berkumis tipis ini sedang menampilkan sebuah pentas kebudayaan di Philadelphia. Asia Society sebagai lembaga yang konsen terhadap kebudayaan, seni, sosial dan ekonomi memberi bantuan.
“Karena itu saya bisa bilang, bahwa ini institusi yang punya pamor dan bergengsi,” ungkapnya. Mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan ini mengaku tidak tahu alasan Asia Society memberi penghargaan kepada Hatta Rajasa. Hanya saja, dia yakin lembaga itu pasti memiliki kriteria yang kuat. ”Itu berarti, kepercayaan mereka terhadap Pak Hatta juga baik dan tidak diragukan,” katanya.
Di mata Anggito, Menko yang nyaris tidak pernah memanfaatkan pengawalan khusus ini adalah seorang yang kompeten, memiliki ide besar, cepat belajar di bidang ekonomi, meski bukan bidangnya. Hatta adalah seorang insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). ”Tapi beliau mampu memimpin tim ekonomi di kabinet dengan ide-ide cemerlang dan cepat,” kata Anggito.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah salah satu ide besarnya. Hanya saja, menurut Anggito, MP3EI sebagai sebuah konsep belum bisa diuji sejauh mana keberhasilannya. ”Kita perlu lihat nanti implementasinya,” kata Anggito. Paling tidak, gambaran umumnya sudah masuk untuk melakukan percepatan pembangunan dengan spirit bukan bisnis biasa! Ahmad Farhan Hamid, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) juga mengaku bangga dengan apresiasi yang diberikan masyarakat AS terhadap terobosan ekonomi yang dilakukan pemerintah di bawah Menko Ekonomi Hatta Rajasa.
Menurut tokoh masyarakat Aceh ini, salah satu kelebihannya adalah mampu membuat betah investor yang datang menanamkan modalnya di Indoensia. Kebijakan pemerintah di bidang makro ekonomi pun terus membaik. Buktinya, lanjut dia, cadangan devisa Indonesia terus naik hingga sempat mencapai US$ 125 miliar, nilai tukar rupiah stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi di tengah guncangan krisis global.
”Hebatnya lagi, dia bisa meyakinkan investor tetap betah di Indonesia di tengah hiruk-pikuk politik yang bising,” ujar Farhan. Mengapa begitu? Investor itu biasanya “ngeri” dengan instabilitas politik. Apalagi demokrasi di Indonesia ini sangat terbuka? Sementara negara-negara pesaing Indonesia, memanfaatkan “suhu panas” politik ini untuk menakut- nakuti investor menanamkan modal di tanah air. “Kalau tidak bertangan dingin, kalau tidak cool, tidak gampang membuat mereka betah?” ungkapnya. (dri/bersambung)
Berbeda pula dengan Anggito Abimanyu, Pengamat Ekonomi Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan Ahmad Farhan Hamid, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi