'Konsep Sekolah Lima Hari Belum Matang'
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR Ledia Hanifa Amaliah menilai kebijakan sekolah lima hari dalam program penguatan pendidikan karakter (PPK) yang baru saja dikeluarkan peraturan menterinya kemarin, Selasa (12/6/) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Efendy, belum memiliki konsep yang matang.
"Secara umum saya memandang pemerintah belum punya konsep delapan jam di sekolah ini. Jadi, akhirnya muncul berbagai statement yang tidak jelas," katanya kepada JawaPos.com, Rabu (14/6).
Menurutnya, pendidikan agama sebagai basis pendidikan karakter tentu tidak mungkin dihilangkan. Pasalnya, memastikan sisa jam belajar anak masuk ke madrasah atau sekolah agama lainnya tidak menjelaskan siapa yang diberi tugas untuk memantaunya. "Juga urusan-urusan teknis lain yang belum terpikirkan, seperti jarak ke rumah dan keamanan anak," tegasnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebelumnya mencanangkan program PPK. Sekolah nantinya akan berlangsung lima hari saja. Akan tetapi, jam sekolah diperpanjang menjadi delapan jam. Di dalam program tersebut, Muhadjir secara spesifik mengusulkan, nilai agama yang ada di sekolah cukup diambil dari lembaga pendidikan agama di luar sekolah, misalnya, dari madrasah diniyah. (dna/jpg/jpnn)
Anggota Komisi X DPR Ledia Hanifa Amaliah menilai kebijakan sekolah lima hari dalam program penguatan pendidikan karakter (PPK) yang baru saja dikeluarkan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ini yang Akan Dilakukan Muhadjir Effendy Setelah Tak Jadi Menteri
- Menko PMK dan Kepala BNPB tiba di Basis KKB di Puncak
- Anggaran Makan Siang Gratis Dipotong Lagi? Airlangga Berkata Begini
- Menko PMK Sebut Pelaksanaan Cuti Melahirkan 6 Bulan Perlu Kesediaan Dunia Usaha
- Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi Hadiri Puncak Peringatan Harganas ke-31 di Semarang
- Ini Reaksi Airlangga soal Wacana Pemberian Bansos untuk Korban Judi Online