Konsumsi Masih Topang Ekonomi
Kamis, 10 Juli 2008 – 09:10 WIB
JAKARTA – Konsumsi masih menjadi motor utama penggerak perekonomian. Ketika sektor-sektor lain melambat, konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang pertumbuhan. Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rumah tangga tumbuh antara 5,2-5,3 persen. Menurut dia, konsumsi rumah tangga memiliki peran signifikan, karena porsinya 70 persen dari total pertumbuhan. Tingginya konsumsi didukung pertumbuhan penjualan motor, mobil, penjualan listrik, kredit konsumsi, dan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri. Gara-garanya, ekonomi domestik tersendat mengikuti perlambatan perekonomian global dunia. Meskipun tidak sesuai target, lanjut dia, pertumbuhan nasional masih cukup tinggi. ’’Secara umum konsumsi masih kuat, meskipun menunjukkan tren melambat,’’ kata Ani, sapaan karib Sri Mulyani. Pelaksana tugas (Plt) Menko Perekonomian ini mencontohkan penerimaan PPh sektor industri pengolahan naik 37,5 persen. Industri pengolahan didukung industri makanan dan minuman, kimia, dan elektronik. Dia menambahkan, PPN impor sektor industri pengolahan meningkat 32,4 persen. Ini didukung industri kimia yang meningkat 39,4 persen, industri logam dasar 82,6 persen, dan PPN impor industri kendaraan bermotor 46,4 persen.
’’Karena pada triwulan I-2008 perekonomian sudah tumbuh 6,3 persen, semester pertama tahun ini secara keseluruhan mencapai 6,2 persen,’’ ujarnya di Jakarta. Dia memprediksi, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun tidak akan mencapai target 6,4 persen.
Baca Juga:
Selain konsumsi, penopang lainnya adalah investasi, ekspor, serta impor. Menkeu mengatakan investasi masih tumbuh 10,4-10,5 persen. Kendati belum memenuhi target 12 persen, namun sudah menembus dua digit. Indikator tingginya investasi adalah impor barang modal, realisasi investasi langsung asing dan maupun dalam negeri, serta tumbuhnya penjualan semen dalam negeri. Di sisi lain, ekspor tumbuh 11,9-12,0 persen, sedangkan impor naik 11,1-11,2 persen.
Hingga 30 Juni 2008, penerimaan perpajakan tercatat Rp 307,5 triliun atau terealisasi 50,5 persen. Kenaikan penerimaan perpajakan itu bukan hanya ditopang ekonomi yang tumbuh. Namun, juga karena upaya ekstra Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Baca Juga:
JAKARTA – Konsumsi masih menjadi motor utama penggerak perekonomian. Ketika sektor-sektor lain melambat, konsumsi rumah tangga tetap menjadi
BERITA TERKAIT
- Komite Transformasi Digital Dibentuk Untuk Tingkatkan Kepatuhan Pajak
- Ada Kabar Buruk Bagi Koruptor, tetapi Angin Segar Buat Masyarakat
- Bahlil Klaim Penerimaan Subsidi BBM Mencapai 98 Persen
- QNET Raih Kategori Gold di Ajang Indonesia SDGs Award 2024
- Duta Digital BNI Rangkul PMI Hong Kong untuk Melek Keuangan
- Raih Skor BBB, Pertamina NRE Tunjukkan Komitmen dan Keseriusan Mengelola ESG