Konsumsi Melemah, Ekonomi Tumbuh Di Bawah 6 Persen

Konsumsi Melemah, Ekonomi Tumbuh Di Bawah 6 Persen
Konsumsi Melemah, Ekonomi Tumbuh Di Bawah 6 Persen

jpnn.com - JAKARTA -  Setelah depresiasi Rupiah, lonjakan inflasi, defisit neraca dagang, kini giliran pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi.   

 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sepanjang triwulan II 2013 tercatat naik 5,81 persen jika dibandingkan triwulan II 2012, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan I yang mencapai 6,03 persen. "Ini pertumbuhan terendah sejak 2010," ujarnya kemarin (2/8).      

Data BPS menunjukkan, Indonesia terakhir kali mengalami pertumbuhan cukup rendah pada triwulan III 2010. Ketika itu, ekonomi juga tumbuh persis 5,81 persen. Setelah itu, pertumbuhan ekonomi triwulanan Indonesia terus melaju rata-rata di atas level 6 persen.     

Secara nominal, besaran PDB jika diukur atas dasar harga berlaku mencapai Rp 2.210,1 triliun. Sedangkan jika diukur atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 689,9 triliun. Sementara itu, jika dihitung kumulatif sepanjang semester I 2013 dibanding semester I 2012 (c-to-c), ekonomi Indonesia tumbuh 5,92 persen.      

Kenapa pertumbuhan triwulan II bisa rendah? Menurut Suryamin, jika dilihat dari sisi pengeluaran, komponen yang memiliki bobot besar dalam pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dibanding triwulan I 2013.      

Misalnya, konsumsi rumah tangga yang memiliki bobot terbesar dalam pangsa ekonomi Indonesia (55,44 persen), pada triwulan II hanya tumbuh 5,06 persen (year-on-year), melambat dibanding realisasi triwulan I yang mencapai 5,17 persen.       

Lalu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi yang memiliki bobot 32,68 persen, hanya mampu tumbuh 4,67 persen, lebih rendah dibanding triwulan I yang mencapai 5,78 persen.      

JAKARTA -  Setelah depresiasi Rupiah, lonjakan inflasi, defisit neraca dagang, kini giliran pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News