Konsumsi Melemah, Ekonomi Tumbuh Di Bawah 6 Persen
Dua komponen yang tumbuh lebih tinggi adalah ekspor barang dan jasa yang tumbuh 4,78 persen (triwulan I hanya 3,57 persen), serta belanja pemerintah yang mencapai 2,13 persen (triwulan I hanya 0,42 persen). Namun, bobot komponen belanja pemerintah dalam struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya kecil, 8,63 persen.
Tumbuhnya ekspor yang memiliki bobot 23,1 persen sebanarnya cukup membantu. Sayangnya, impor sebagai pengurang pertumbuhan ekonomi juga tumbuh tinggi, dari -0,06 persen pada triwulan I menjadi 0,62 persen pada triwulan II.
Dari sisi sektor usaha, industri pengangkutan dan komunikasi masih konsisten sebagai sektor dengan pertumbuhan tertinggi, 11,46 persen, disusul industri keuangan, real estat, dan jasa perusahaan yang tumbuh 8,07 persen.
Industri pengolahan yang memegang peran terbesar dalam perekonomian Indonesia, hanya mampu tumbuh 5,84 persen, melambat dibanding triwulan I yang sebesar 5,89 persen. Adapun sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan tren negatif dengan realisasi -1,19 persen.
Tentu, realisasi pertumbuhan ekonomi yang hanya 5,81 persen ini di bawah ekspektasi banyak pihak. Misalnya, Kementerian Keuangan dalam proyeksinya masih mematok angka 6,2 persen untuk pertumbuhan ekonomi triwulan II 2013. Realisasi ini sekaligus juga berada di batas bawah proyeksi Bank Indonesia yang menyebut kisaran 5,8 - 6,2 persen.
Direktur Neraca Pengeluaran BPS Sri Soelistyowati menceritakan, pimpinan BPS bahkan menginstruksikan beberapa kali perhitungan ulang atas data-data yang terkumpul karena dikhawatirkan ada kekeliruan, sehingga muncul angka yang cukup rendah 5,81 persen. "Tapi, setelah dihitung ulang, angka pertumbuhannya memang hanya segitu," ujarnya.
Bagaimana tanggapan pemerintah? Menteri Keuangan Chatib Basri pun melempar handuk alias menyerah untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen sebagaimana dipatok dalam APBN-P 2013. "Tapi, kita usahakan bisa di atas 6 persen," katanya.
Lantas apa yang akan dilakukan pemerintah? Menurut Chatib, pemerintah akan berupaya mendorong motor pertumbuhan ekonomi, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. Selain itu, konsumsi pemerintah juga akan digenjot untuk memberi stimulus bagi ekonomi. "Jangan pelit dengan anggaran," ucapnya.
JAKARTA - Setelah depresiasi Rupiah, lonjakan inflasi, defisit neraca dagang, kini giliran pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi.
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri
- Kebijakan Perdagangan Karbon Indonesia di COP 29 Dinilai Bermasalah
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok
- Anindya Bakrie: Kita Harus Dorong Investasi Asing yang Ciptakan Lapangan Kerja
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Tali Qrope dan Selang Spring Hose Jadi Sorotan di INAMARINE 2024