Kontemplasi Menjelang 100 Hari Kabinet Merah Putih

Oleh Irman Gusman*

Kontemplasi Menjelang 100 Hari Kabinet Merah Putih
Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih hasil Pilpres 2024 mengucap sumpah/janji Presiden RI 2024-2029 pada Sidang Paripurna MPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 20 Oktober 2024. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kabinet Merah Putih adalah acuan management and leadership bagi semua organisasi di negara ini. Banyak pihak bisa belajar tentang leadership dan best practices dalam berorganisasi dari cara Presiden Prabowo menjalankan pemerintahan.

Leader-manager yang patriotik dan berhati tulus, dengan gagasan-gagasan terobosan yang berani itu, harus bisa melihat hasil yang diinginkannya kelak. 

Dari pidato-pidato Presiden Prabowo jelas tergambar keseriusan dan keikhlasannya untuk membenahi bangsa ini. Namun, keikhlasan itu bukan berarti menyenangkan hati semua pihak karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan di negara demokrasi sebesar ini.

Akan ada orang yang setuju, tetapi ada pula yang tak setuju dengan kebijakan pemerintah. Itulah indahnya dinamika demokrasi.

Colin Powell pernah berkata: Terkadang seorang pemimpin terpaksa mengecewakan beberapa orang untuk mendapat hasil yang besar bagi banyak orang, sebab “leadership is solving problems.” Dia lantas menambahkan, “the day soldiers stop bringing you their problems is the day you have stopped leading them.”  
 
Sebagai sesama mantan jenderal, Prabowo tentu sangat memahami ungkapan mantan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri ke-65 di negerinya.

Dengan sikap demikian, Prabowo kini memimpin perubahan. Dia bertekad mengubah Indonesia sebagai negara industri maju.

Prabowo bertekad agar negeri ini bisa berswasembada pangan dan energi, kemiskinan dihapus, rakyat hidup sejahtera, Indonesia dan sejajar dengan bangsa-bangsa besar lainnya.
 
Satu contoh konkret: program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak sekolah sudah dimulai. Program itu diharapkan bisa diteruskan bukan saja di masa pemerintahan Prabowo, melainkan untuk seterusnya.

MBG adalah  investasi negara di bidang peningkatan kualitas SDM, sekaligus sebagai upaya memberdayakan rakyat di lapisan bawah pada piramida ekonomi.
 
Dahulu ayahanda Prabowo, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, pernah menyatakan setiap tahun kebocoran APBN mencapai 30 persen. Mungkin sekarang angkanya lebih dari itu.

Presiden Prabowo perlu menjadi acuan leader-manager bagi Kabinet Merah Putih mewujudkan ide-idenya ke dalam kerja nyata sehingga tidak dianggap cuma omon-omon.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News