Konten Duta Damai Harus Diviralkan untuk Tangkal Radikalisme
Pasalnya, dari hasil penelitian dari lembaga-lembaga berkompeten seperti Inzet dan UI didapat data bahwa penyebab orang melakukan terorisme 45,5 persen karena pemahaman keliru.
Hal itu menjadikan mereka melakukan tindakan terorisme dengan menjadikan ideologi menjadi agama.
Kemudian, 20 persen karena solidaritas komunal seperti yang terjadi di Palestina dan Rohingya.
Sebanyak 10,2 persen mob mentality alias ikut-ikutan, sepuluh persen balas dendam, dan sembilan persen situasional.
Selain itu, dari penelitian Wahid Institute, dari lebih dari 250 juta penduduk Indonesia, 72 persen antiradikal, 7,2 mendukung aksi radikalisme, 0,4 persen sudah pernah melakukan kekerasan.
"Kami bisa berharap dari komposisi itu, 72 persen tetap posisinya atau meningkat. salah satu yang diharapkan ya dari kerjaan adik-adik ini. Diharapkan orang yang mau melakukan upaya radikal langsung berhenti bila melihat website atau video adik-adik duta damai," terang Hamli.
Hamli menegaskan, menjadi tugas bersama untuk tetap mempertahankan 72 persen, bahkan kalau bisa meningkatkan lagi.
Juga yang 7,7 persen harus diberikan pemahaman baik melalui dunia maya maupun dunia nyata.
Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) secara resmi ditutup oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan
- BNPT & PNM Kerja Sama Cegah Radikalisme lewat Pemberdayaan Ekonomi
- Kepala BNPT: RAN PE Masih Perlu Dilanjutkan
- LPOI dan LPOK Ingatkan untuk Mewaspadai Metamorfosa Gerakan Radikalisme dan Terorisme
- Pakar Terorisme Sebut Kelompok Radikal Mulai Memakai AI untuk Menyebarkan Ideologi
- Kepala BNPT Imbau Semua Jajaran Tetap Waspada dan Jaga Kondusivitas Jelang Lebaran
- Berantas Terorisme, BNPT Minta Masyarakat Menyaring Konten Radikalisme di Dunia Maya