Kontribusi Industri Manufaktur Makin Meredup

jpnn.com, JAKARTA - Industri pengolahan nonmigas berperan penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Sebab, kontribusinya mampu memberikan efek berantai seperti peningkatan terhadap nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.
Selain itu, sektor manufaktur dalam negeri menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai.
”Suatu negara dikatakan maju apabila industrinya tangguh,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (4/1).
Berdasar laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menduduki peringkat kesembilan di dunia atau naik dari peringkat tahun sebelumnya di posisi kesepuluh untuk kategori manufacturing value added.
Peringkat Indonesia ini sejajar dengan Brasil dan Inggris. Bahkan, lebih tinggi daripada Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Faisal Basri menyebutkan, industrialisasi merupakan suatu keharusan bagi Indonesia untuk memperkuat struktur ekonomi domestik.
Namun, Basri justru menganggap kontribusi manufaktur terhadap ekonomi nasional terus meredup selepas era krisis 1998.
Industri pengolahan nonmigas berperan penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
- Said Iqbal Desak Permendag 8 Dicabut karena Merugikan Usaha Lokal & Buruh
- Dukung Industri Garmen, Bea Cukai Beri Izin Fasilitas Kawasan Berikat ke Perusahaan Ini
- Kemenperin Segera Diskusi dengan Gubernur Bali soal Pelarangan AMDK di Bawah 1 Liter
- Lawatan Prabowo ke Luar Negeri Memperkuat Diplomasi Kawasan, Kemenlu: Ini Hasilnya
- Ini Peran Strategis Bea Cukai dalam Sinergi Instansi untuk Mendorong Ekonomi Daerah
- Bea Cukai Yogyakarta Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok Ilegal Lewat Program Beringharjo