Kontroversi Susu Kental Manis, BPOM Diminta Tidak Tutup Mata

Kementerian Kesehatan melalui Direktur Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA Doddy Izwardy pernah mengatakan bahwa promosi produk susu kental manis tidak sesuai dengan program Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) yang tengah digalakkan pemerintah.
Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina dalam sebuah diskusi di Jakarta.
"Banyak iklan produk makanan dan minuman menyesatkan konsumen. Susu kental manis salah satunya. Produk ini jauh lebih tinggi kandungan gulanya dari pada kandungan susunya, namun banyak iklan di layar kaca seolah-olah dijadikan minuman sehat bagi keluarga. Ini sungguh memprihatinkan," kata Eni.
Keprihatinan serupa juga disuarakan oleh Anggota Satgas Perlindungan Anak dan Unit Koordinasi Kerja (UKK) Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rachmat Sentika.
"Jika tidak dilakukan edukasi tentang dampak konsumsi produk susu kental manis, masa depan kesehatan anak-anak Indonesia akan terganggu," tegas Rachmat.
Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik juga mengkritisi keengganan produsen susu kental manis untuk mengedepankan komunikasi produk secara transparan.
Mantan komisioner Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia itu menyatakan, seharusnya produsen lebih mengedepankan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dalam mendukung kesehatan anak melalui label pangan dan komunikasi kandungan produk yang lebih transparan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh pemerhati anak Seto Mulyadi, tokoh pembela hak anak itu juga mengimbau semua pihak mendukung anak Indonesia agar tumbuh sehat demi generasi masa depan bangsa yang lebih kuat. (jos/jpnn)
Yuli Supratiwi kembali mempertanyakan kian gencarnya informasi serta iklan yang menggambarkan susu kental manis sebagai minuman bergizi untuk anak.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Komitmen BPOM Soal Pengawasan Produk Kosmetik yang Beredar di Masyarakat
- BPOM Bantah Isu di Medsos soal Produk Ratansha Gunakan Merkuri
- BPOM Temukan Boraks dalam Kerupuk Gendar saat Inspeksi Takjil di Semarang
- Pakar Sebut Informasi Air Galon Sebabkan Kemandulan Pembodohan Publik
- KKI Temukan 40% Galon Guna Ulang Sudah Berusia di Atas 2 Tahun, Ini Bahayanya
- KKI: 75% Distribusi Galon Guna Ulang Tidak Penuhi Standar Keamanan