Kopi Bahagia

Oleh: Dahlan Iskan

Kopi Bahagia
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - HIDUP itu ibarat ''sekadar mampir minum''. Sebentar sekali. Setuju. Masalahnya, ''minum apa?"

Bagi penggemar kopi, ''hidup itu sekadar mampir minum kopi''. Saya tertawa. Lucu. Pun orang di sekitar saya. Mereka adalah penggila kopi.

Kopi Bahagia

Baca Juga:

Mereka lagi kumpul di Galaxy Mall 3 Surabaya Timur. Ada acara ''Cofiesta'' di situ. Selama lima hari. Ada kompetisinya. Banyak yang membuka gerai. Mulai yang jualan kopi sampai yang memamerkan alat-alat masak kopi.

Penggiat kopi se-Indonesia kumpul, bahkan ada gerai yang dari Thailand dan Jepang. Saya diundang melihat gerai-gerai itu.

Saya pun nyangkut di gerai teman lama. Milik Benny. Ada dukun kopi di situ. Nama aslinya Ade. Dia sekolah computer science di Australia. Juga di Amerika. Lalu buka kafe di Surabaya.

Baca Juga:

Ada Jonathan. Anda masih ingat dia: pemilik bengkel supercar yang juga alumnus Amerika. Saya kenal ayahnya. Pernah kerja di grup Pembangunan Jaya.

Di grup Ciputra itu dia berteman dengan Budi Karya Sumadi –yang kelak menjadi menteri perhubungan. Rumah sang ayah didesain oleh arsitek Budi Karya.

Kalau di dunia, berapa harga kopi termahal? Ternyata sampai USD 10.000. Itu berarti Rp 150 juta/kilogram. Begini rasa saat meminumnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News